WELCOME TO THE ORGANIC FARMING

selamat datang di sebuah blog yang penuh dengan info tentang pertanian organik. selamat menikmati. semoga bermanfaat

Minggu, 16 Agustus 2009

PERSITIDA ALAMI

BERBAGAI MACAM PESTISIDA ALAMI

Penggunaan pestisida buatan yang memakai bahan kimia memang berbahaya bagi manusia. Kita sering merasa waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya. Nah, semoga artikel tentang pembuatan pestisida alami ini dapat membantu memecahkan persoalan Anda (petani) dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus keluarga.

Mimba (Azadiracta indica)
Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring. Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman.

Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.

Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.

Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.

Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.


Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman.

Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.

Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.

Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.

Kemangi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.

Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.

Tembelekan (Lantara camara)
daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun.

Rumput Mala (Artimista vulgaris)
Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman.



Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan..Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.

Gamal (Gliricidia sepium)
Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.

Bunga Mentega (Nerium indicum)
Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan untuk mengusir semut.

Tanaman yang sehat dan indah merupakan dambaan kita. Tetapi, ketika kita melihat tanaman kita habis dimakan ulat atau hewan lain, maka hati kita akan merasa kecewa.

Untuk membasmi hewan pengganggu atau lebih dikenal dengan hama ini, dengan menggunakon pestisida. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan hama dan pestisida?
Hama adalah semua hewan yang memiliki kemampuan merusak tanaman dengan cara:
memakan bagian tanaman (akar, batang, buah, atau bunga) sehingga tanaman menjadi rusak dan hancur.
menghisap cairan yang terdapat pada bagian tanaman sehingga tanaman terlihat layu dan akhirnya mati.
menjilat bagian tanaman terutama pada buah sehingga kulit buah terlihat berkerak dan buah menjadi kerdil pertumbuhannya.

Pestisida adalah obat yang digunakan untuk memberantas hama daan penyakit pada tanaman. Pestisida terbagi menjadi dua:
pestisida buatan, yaitu pestisida yang dibuat dari bahan kimia.
pestisida alam (bio pestisida), yaitu pestisida yang dibuat dari alam.
Cara Membuat Pestisida Alam
Untuk mematikan hewan pengganggu ini cukup mudah kok! Yaitu salah satunya dengan memanfaatkan tanaman sirsak yang ada disekitar kita.
Tentu kamu tidak asing lagi dengan buah sirsak. Buahnya berwarna hijau memiliki duri yang tidak tajam, biji berwarna hitam dengan daging buah yang berwarna putih dan rasa buah yang asam segar. Ternyata tidak hanya buahnya saja yang bermanfaat, tetapi daun sirsak memiliki kemampuan untuk membunuh hama jenis serangga, terutama ulat (larva).

Cara membuat pestisida alam dari daun sirsak cukup mudah:
ambillah beberapa lembar daun sirsak sesuai kebutuhan.
tumbuk daun hingga halus dan peras air dari daun tersebut.
air perasan tersebut langsung disemprotkan ke tanaman yang diserang hama.

Semakin banyak daun yang digunakan untuk membuat pestisida maka akan semakin besar kemungkinan hama tersebut mati.
Keuntungan menggunakan pestisida alam ini yang utama karena keseimbangan alam tidak akan terganggu oleh zat kimia yang berbahaya dan tanaman yang diberi pestisida alam ini akan lebih aman dikonsumsi oleh manusia karena terhindar dari zat kimia berbahaya.
 
Membuat Pestisida Alami 

Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab denga lingkungan. 

Bahan dan Alat: 

2 kg gadung. 
1 kg tembakau. 
2 ons terasi. 
¼ kg jaringao (dringo). 
4 liter air. 
1 sendok makan minyak kelapa. 
Parutan kelapa. 
Saringan kelapa (kain tipis). 
Ember plastik. 
Nampan plastik. 
Cara Pembuatan: 

Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung). 
Gadung dikupas kulitnya dan diparut. 
Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas 
Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas 
Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan. 
Dosis: 
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air. 
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air. 
Kegunaan: 
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit. 
Dapat menolak hama dan penyakit. 
Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami. 
Sasaran: 
Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu. 
Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan.
 
Pembuatan Pestisida Alami dari Fermentasi Ekstrak Tanaman
Acara : Mitra Tani; 

Nara sumber : Ir. Triyono
Penyiar : Isna

Pestisida alami merupakan obat yang digunakan untuk memberantas hama maupun penyakit tanaman dimana bahannya berasal dari bahan-bahan alami. Tidak seperti pestisida kimiawi yang umumnya ada dampak negatifnya ketika penggunaanya melebihi ambang batas yang ditentukan, pestisida alami ini sangat aman untuk tanaman itu sendiri. Namun perlu diperhatikan bahwa penyemprotan pestisida alami ini hendaknya tidak digunakan pada waktu musuh alami pada tanaman tersebut baru saja menetas. Hal ini justru akan mematikan musuh alami yang sebetulnya bermanfaat untuk tanaman tersebut.

Adapun alat dan bahan yang perlu disiapkan seperti :
EM4 : 300 cc
tetes tebu : 300 cc
Air : 10 liter
Tanaman obat yang memiliki bau yang khas/keras seperti : daun mindi, daun jambu, daun kemangi, daun jeruk purut dan daun beluntas. Selain daun bisa juga digunakan buah-buah muda seperti mangga, jeruk nipis, jeruk purut dan buah pisang yang muda. Bisa juga digunakan tanaman rempah/bumbu dapur seperti bawang putih, cabe rawit, jahe, kunir, gambir, tembakau dan kacang-kacangan.
Drum plastik (yang ada kran di bawahnya) untuk fermentasi bahan-bahan tanaman tersebut diatas.

Adapun cara membuatnya adalah sebagai berikut :
Semua bahan dipotong-potong kecil-kecil, dimasukkan ke dalam drum plastik, sampai penuh, tetapi tidak dipadatkan.
Tetes tebu dicampur dengan air yang telah disiapkan.
Dalam larutan tetes tebu tersebut dilarutkan EM4 dan aduk sampai merata.
Kemudian larutan ini dimasukkan ke dalam drum plastik sampai bahan terendam.
Beri diatas bahan pada drum sebuah pemberat, lalu drum ditutup rapat.
Setelah 10 hari ekstrak tanaman yang keluar melalui kran dapat dimanfaatkan dengan ukuran 1 cc dicampur 1 tetes air.

Pestisida alami yang sudah jadi biasanya hanya bertahan selama 1 bulan. Setelah 1 bulan , pestisida alami ini tidak bisa dimanfaatkan lagi. Namun demikian, pembuatan pestisida dengan bahan alami akan bermanfaat sekali untuk memberantas hama penyakit dalam jumlah yang besar.

 
Pembuatan Pupuk Organik dengan Biotama  
Memasuki abad 21 ini, gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Orang makin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuhan, dalam produksi pertanian ternyata berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian berkelanjutan yang diakui oleh Komisi Eropa (European Commission) dan Agricultural Council pada Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1992. Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Organik secara Umum 
.
Tanah yang akan ditanami dengan sayur sayuran harus diolah dahulu dan diberi pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, limbah limbah organik yang telah diolah dengan Biotama 3 (cara membuat pupuk organik dari kotoran ternak maupun limbah/sampah organik ada di belakang *) 
Setiap Hektar ladang atau sawah yang akan ditanami sayuran diberi pupuk kandang/pupuk organik (antara 1 sd 20 ton per Ha - nya). Jika tanah mempunyai kandungan bahan organik > 3 (tanah masih subur) maka pemupukan cukup dengan dosis 1 ton/ha, jika kandungan bahan organik antara 1 – 2% maka disarankan pemberian pupuk kandang/pupuk organik sebanyak antara 1 – 3 ton/ha, namun jika tanah telah banyak pencemarannya (rusak) atau tanah yang mempunyai kandungan bahan organik <1% maka pupuk kandang yang dibutuhkan semakin banyak (antara 3 – 20 ton /ha). 
Banyaknya pupuk organik juga tergantung kemiringan lahannya. Semakin lahan miring dimana banyak terjadi erosi dan lapisan olah tanah hilang maka dosis pupuk orgnik bisa mencapai 20 ton/ha. Tanah dicampur dengan pupuk organik, digemburkan lalu dibentuk bedengan untuk mempermudah memelihara tanaman/sayuran yang ditanam. Untuk menggemburkan tanah siram/semprot dengan air yang telah dicampur Biotama 1 dengan perbandingan (Biotama 1 : 1 liter + air : 30 - 50 liter) 
.
CARA MEMBUAT PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH LIMBAH ORGANIK 
Cara membuat Pupuk Organik dari kotoran ternak / kotoran manusia Bahan : 
1. Kotoran Ternak / manusia 300 kg. 
2. Dedak 10 kg. 
3. Sekam 200 kg. 
4. Gula ( 10 sendok makan ). 
5. BIOTAMA 3 300 - 500 ml (30 – 50 tutup botol), tergantung bau kotoran. 
6. Air secukupnya 
.
Cara Pembuatan : 
1. Larutkan BIOTAMA 3 dan gula ke dalam air dalam timba berisi air ± 7 liter (bisa ditambah dan dikurangi sesuaikan kondisi kelembaban kotoran ternak) 
2. Kotoran Ternak, sekam dan dedak dicampur secara merata. 
3. Disiram larutan BIOTAMA 3 secara berlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, bila kepalan dilepas, maka adonan akan mekar. 
4. Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 hari. 
5. Pertahankan suhu gundukkan adonan 40-500 C. jika suhu lebih dari 500C, bukalah karung penutup dan gundukkan adonan dibalik-balik, kemudian ditutup lagi dengan karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan Pupuk Organik menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam. 
6. Setelah 2 atau 3 minggu saat suhu sudah stabil dan warna pupuk organik menjadi lebih gelap (coklat tua ataupun hitam) itu pertanda telah terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik. 
.
Cara Membuat Pupuk Organik dari sampah organik secara cepat 
Bahan : 
1. Jerami kering/daun-daun kering/ sekam/serbuk gergaji atau bahan apa saja yang dapat difermentasi 200 kg. 
2. Pupuk Organik yang sudah jadi 20 kg. 
3. Dedak 20 kg. 
4. Gula pasir (5 sendok makan). 
5. BIOTAMA 3 200 ml (20 tutup botol). 
6. Air secukupnya. 
.
Cara Pembuatan : 
1. Larutkan BIOTAMA 3 dan gula ke dalam air. 
2. Jerami kering (atau bahan apa saja yang dapat difermentasi), potong kecil kecil, kemudian dicampur dengan Pupuk Organik yang sudah jadi dan dedak secara merata. 
3. Siram larutan BIOTAMA 3 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan dilepas, maka adonan akan megar. 
4. Adonan dicetak diatas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung/terpal , selama 3-4 hari. 
5. Pertahankan suhu gundukkan adonan 40-500C. jika suhu lebih dari 500C, bukalah karung penutup dan adonan dibalik-balik, kemudian tutup lagi dengan karung goni. Suhu yang tinggi mengakibatkan Pupuk Organik menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu dilakukan setiap pagi dan sore. 
6. Setelah 5 – 7 hari Pupuk Organik telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik. 
.
Cara membuat Pupuk Organik dari Jerami Padi 
Bahan : 
1. Jerami 200 kg termasuk berbagai sampah pekarangan, daun daun, rumput dll dipotong 1 – 5 cm (lebih kecil akan lebih bagus) 
2. Dedak 10 kg. 
3. Sekam 200 kg. 
4. Gula pasir 10 sendok makan. 
5. BIOTAMA 3, 200 ml (20 tutup botol). 
6. Air secukupnya . 
.
Cara Pembuatan : 
1. Tuangkan BIOTAMA 3 ke dalam timba berisi air ± 7 liter, tambahkan gula pasir. Air bisa ditambah ataupun dikurangi sesuai dengan kelembaban dari jerami/dedaunan sebagai bahan pupuk organik. 
2. Jerami, sekam dan dedak dicampur secara merata. 
3. Siramkan larutan BIOTAMA 3 secara perlahan lahan ke dalam adonan secara merata sampai Kadar Air 30% (yaitu saat adonan mudah dikepal dengan tangan namun kepalan mudah hancur saat digulingkan). 
4. Adonan ditumpuk/dicetak di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm , kemudian ditutup dengan karung goni atau terpal, selama 2-3 hari. 
5. Pertahankan suhu tumpukan jerami 40-500 C. Jika suhu lebih dari 500 C, bukalah karung goni atau terpal penutup dan gundukan adonan dibolak balik, kemudian ditutup lagi. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan Pupuk Organik menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu dilakukan setiap pagi dan sore. 
6. Setelah jerami berwarna hitam kecoklatan dan lebih hancur ukurannya, maka Pupuk Organik telah siap digunakan. 
.
CATATAN untuk PEMBUATAN PUPUK ORGANIK dari semua bahan:
Apabila pada hari ke 3 masih belum terasa panas berarti pembuatan kurang berhasil hal ini bisa disebabkan karena beberapa hal, antara lain : 
• konsentrasi BIOTAMA 3 terlalu sedikit bila dibanding limbah yang ada, 
• penutup masih kurang rapat, atau 
• ubin tidak rata sehingga ada air yang menggenangi atau terlalu banyak jumlah air yang tercampur dalam proses pembuatan pupuk organik. 
.
Untuk mengatasi hal hal tersebut maka langkah yang dilakukan disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, yaitu 
• tambahkan BIOTAMA 3 secara langsung 
• penutup diteliti agar tertutup rapat
• buat kemiringan sedemikian rupa sehingga tidak ada air yang tergenang di sekitar lahan pembuatan pupuk organik tsb



1 komentar: