WELCOME TO THE ORGANIC FARMING

selamat datang di sebuah blog yang penuh dengan info tentang pertanian organik. selamat menikmati. semoga bermanfaat

Rabu, 19 Agustus 2009

pupuk organik

Kulit Pisang Sebagi Pupuk Organik 

Kulit Pisang yang selama ini kita biarkan terbuang begitu saja ternyata mengandung unsur kimia yang baik untuk pupuk yaitu Fosfor, Magnesium, Sulfur, dan Sodium. 

Cara penggunaan : 

Untuk tanaman hias (dalam pot) : kulit pisang dipotong-potong kemudian potongan dipendam disekitar tanaman. 

Untuk tanaman pertanian (lahan sawah) : 

Cara 1. Kulit pisang di blender (dihaluskan) sampai menjadi cairan (10 Kg kulit pisang dicampur 10 Liter Air) rendam selama satu malam, air hasil rendaman disaring dengan kain. 1 Liter hasil saringan dapat dicampur 10 liter air semprotkan ke tanah sekitar tanaman. 

Cara 2. Kulit pisang di potong kecil-kecil, kemudian dikomposkan bersama tanah baru ditebar seperti pupuk pada umumnya.

Pendahuluan Pembuatan Kompos
Untuk menunjang intensifikasi pekarangan di Irian Jaya telah dikaji teknik percocok tanam sistim pupuk organik pada usahatani pekarangan. Sistim ini ternyata menghasilkan volume tisik dan penerimaan petani yang lebih besar. Selain itu anjuran terhadap teknik bercocok tanam dengan cara pupuk organik didasari atas pertimbangan bahwa para petani di Irian Jaya pada umumnya belum menggunakan pupuk dan pestisida secara intensif. Penerapan sistim pupuk organik juga mempunyai aspek pelestarian lingkungan. Dalam teknik bercocok tanam ini dianjurkan pengolahan tanah ganda, pembuatan bedengan tinggi, penambahan pupuk kandang dan sistim tumpangsari. Karena ketersedian pupuk kandang masih terbatas maka dilakukan adaptasi dengan mengurangi pupuk kandang dan memberikan pupuk kompos. 
Berikut ini adalah cara membuat kompos. 
Cara membuat kompos 
Ada beberapa alternatif cara yang dipilih sesuai kondisi lokal. 
- Kompos jadi siap pakai 
Pada daerah yang banyak terdapat sampah kota dan desa yang telah mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang cukup lama di alam terbuka, dapat diterapkan cara ini, sebagai berikut: 
- Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah 
- Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk 
- Jemur sampai kering, lalu ayak 
- Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah. 
Bahan: 
- 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage) 
- 6,5 m3 kulit buah kopi 
- 750 kg kotoran ternak memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter) 
- 30 kg abu dapur atau abu kayu 
Cara Membuat 
1). Buatlah bak pengomposan dari bak semen. 
Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan. Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak. 2). Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu. 
3). Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera menurun lagi. 
4). Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat proses pengomposan. 
5). 2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 - 3 bulan kompos sudah cukup matang. 
6). Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja. Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro atau lainnya. 
- Kompos Sistem Bogor 
Bahan : 
- Sampah mudah lapuk (garbage) 
- Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak. 
- Kotoran ternak memamah biak 
- Abu dapur atau abu kayu 
Cara Membuat: 
1). Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter. 
2). Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipis-tipis dan merata. 
3). Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm. 
4). Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak. 
5). Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm. 
6). Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan 60 hari. 
7). Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang. Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan. (SR/021 /97) 
Sumber: 
1). Apriadji, W.H. 1989. Memproses Sampah Penebar Swadaya Jakarta 
2). Sihombing S. 1995. Laporan Pengkajian Sistem Pupuk Organik Pada Usahatani Pekarangan di Desa Besum Kabupaten Jayapura 









Cara Buat kompos bag 2 

Membuat Kompos Segi-Tiga 
Ini adalah cara untuk membuat kompos dengan sistem terowongan udara. Yaitu dengan menumpukkan daun-daun, potongan rumput dan bahan lain diatas segitiga panjang yang terbuat dari bambu atau kayu. Terowongan udara terbuat dari bambu atau kayu berukuran kira kira : tinggi 20 cm, panjang 1.5 - 2 meter. Buatlah dua buah dan letakkan berdampingan. 
Kuncinya Membuat Kompos Yang Bagus 
1. Rasio karbon / nitrogen 
Campuran dari daun kering, serbuk gergaji, 
atau bahan karbon lain digabung dengan kotoran hewan, tanaman hijau, atau pupuk untuk nitrogen (approximately 4:1 by volume). 
2. Adanya mikroorgansme 
Didapatkan dari beberapa sekop penuh tanah kebun yang subur atau kompos. 
3. Tingkat kelembapan 
Tumpukannya seharusnya mempunyai kelembabpan seperti spon yang telah diperas. Tambahkan air bila perlu. 
4. Tingkat oksigen 
Tumpukan kompos sebaiknya dibalik dengan 
teratur agar dapat hancur lebih cepat. Membalik tumpukannya menambahkan oksigen sehingga lebih sering kamu membaliknya, 
semakin cepat ia hancur. 
5. Ukuran Partikel 
Semakin halus ukuran partikelnya, semakin luas daerah yang ada bagi mikroorganisme untuk bekerja. Mencacah daun-daun dan bahan yang besar mempercepat proses kompos. 
Tumpuklah daun2 & bahan2 yang lain diatas satu terowongan 
udara & biarkan yang satunya. 

Tambahkan bahan & siram dengan air secara teratur setiap hari agar tumpukan tetap lembab. 

20 cm 
1.5 - 2 m 
Setelah bagian bawah mulai menghitam (seperti tanah), baliklah tumpukan keatas terowongan 
udara yang satunya. Tumpuk bahan yang baru diatas 
terowongan yang lama. 

Jaga kelembaban tumpukan dengan menyiramnya secara teratur & biarkan sampai menjadi kompos (kira-kira 6 minggu atau warnanya kehitaman 
semua). 

Setelah bahannya menjadi kompos, bisa digunakan untuk kebun. Ulangi lagi proses diatas, supaya anda selalu punya kompos. 

Kompos yang anda buat sendiri ini bisa digunakan untuk kesuburan tanah dan kesehatan tanaman anda. 

Kompos = 
tanah & kebun sehat 
Tumpukan kompos lembab dan hangat hanya di tengah tumpukannya. 
Kemungkinan Sebab 
Tumpukan kompos terlalu kecil, atau cuaca dingin telah memperlambat proses kompos. 
Pemecahan Masalah 
Jika kamu cuma membuat kompos dengan cara menumpuk, 
pastikan tumpukannya paling sedikit 1 meter tingginya dan 1 meter lebarnya. Dengan sistem kerangkeng 
kompos atau kompos segitiga, tumpukannya tak harus terlalu besar. 
Tak ada apa yang terjadi. Tumpukan kompos tak terlihat menghangat sama sekali. 
Kemungkinan Sebab 
1. Tak cukupnya bahan nitrogen 
2. Tak cukupnya oksigen yang masuk ke kompos 
3. Tak cukupnya kelembabpan dalam tumpukan kompos 
4. Kompos sudah selesai - siap digunakan 
Pemecahan Masalah 
1. Pastikan kamu punya sumber yang kaya nitrogen seperti kotoran hewan, potongan rumput atau sisa-sisa makanan. 
2. Campur aduk tumpukannya sehingga ia dapat bernafas, atau ganti ke sistem kerangkeng kompos atau kompos segitiga. 
3. Campur aduk tumpukannya dan siram dengan air sehingga tumpukannya lembab - tumpukan yang sangat kering tidak akan mengkompos. Daun-daun lengket / rumput tidak terurai. Kemungkinan Sebab Tidak cukupnya aliran udara, dan / atau kekurangan kelembabpan. 
Pemecahan Masalah 
1. Hindari lapisan tebal suatu jenis bahan saja. Terlalu banyak sesuatu seperti daun, kertas atau potongan rumput tidak akan terurai dengan baik. 
2. Campur lapisan-lapisan tersebut dan aduk tumpukannya sehingga bahan-bahan tersebut tercampur baik. 
3. Cacah kecil-kecil bahan apapun yang besar yang tidak terurai dengan baik. Komposnya berbau seperti mentega asam atau telur busuk 
Kemungkinan Sebab 
Tidak cukup oxygen, dan / atau tumpukan komposnya terlalu basah, atau terlalu padat. 
Pemecahan Masalah 
1. Aduk tumpukannya sehingga dapat teraliri udara dan bernafas. Atau gunakan sistem kerangkeng kompos atau segitiga. 
2. Tambahkan bahan-bahan kering yang kasar seperti jerami, atau daun-daunan untuk menyerap kelembabpan yang berlebihan. 
3. Jika sangat bau, tambahkan bahan-bahan kering diatasnya dan tunggu sampai agak kering sedikit sebelum kamu mengaduk tumpukannya. 
Komposnya berbau seperti amonia. 
Kemungkinan Sebab 
Tak cukupnya bahan karbon dalam kompos. 
Pemecahan Masalah 
Tambahkan bahan karbon seperti serbuk gergaji, sekam padi, daun-daunan, jerami, cacahan koran, dll. 
Komposnya dirubungi kecoa, lalat, atau binatang lain. 
Kemungkinan Sebab 
Bahan-bahan yang tidak tepat (daging / minyak), atau bahan-bahan tersebut terlalu dekat ke permukaan atau sisi tumpukan komposnya. 
Pemecahan Masalah 
Kubur sisa-sisa makanan ditengah tumpukan. jangan tambahkan bahan-bahan yang tak seharusnya (tulang / daging) ke komposmu. Ganti ke kerangkeng kompos. 
Komposnya dirubungi serangga, kaki seribu. 
Ini merupakan pengkomposan yang normal, dan bagian 
dari proses alam. Bukan masalah. 
Komposnya dirubungi Semut Api 
Kemungkinan Sebab 
Tumpukan mungkin terlalu kering, tidak cukup hangat, dan / atau ada sisa makanan yang terlalu dekat ke permukaan. 
Pemecahan Masalah 
Pastikan tumpukannya mempunyai campuran bahan 
yang baik agar dapat menghangat, dan dijaga kelembabpannya. 
www.idepfoundation.org 
Memecahkan 
Masalah Penkomposan

Membuat Pupuk Hijau Organik 

Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri. 

Bahan dan Komposisi: 
200 kg hijau daun atau sampah dapur. 
10 kg dedak halus. 
¼ kg gula pasir/gula merah. 
¼ liter bakteri. 
200 liter air atau secukupnya. 
Cara Pembuatan: 
Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi. 
Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun. 
Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air. 
Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata. 
Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat. 
Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan. 
PUPUK 
KOMPOS SUPER 
Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) IPPTP Mataram, NTB 
Diterbitkan oleh : Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram 
Kotak Pos 1017, Telp. (0370) 671312, Fax. 671620 
No: 01/2000 Agdex : 546 Juli 2000 
PENDAHULUAN 
Pupuk Kompos Super merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses 
perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan 
bantuan mikroorganisme. 
Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan serbuk gergaji yang 
didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya : stardec 
atau bahan sejenis) di tambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan 
kompos super seperti : serbuk gergaji, abu dan kalsit/kapur. 
Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak dipetani juga memiliki 
kandungan nitrogen dan potasium. Kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik 
untuk kompos. 
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos super adalah proses 
pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas biologis pada 
kondisi yang terkontrol. 
PROSES PEMBUATAN KOMPOS SUPER 
1. Bahan yang diperlukan: 
• Kotoran sapi : 80-83% 
• Serbuk gergaji : 5% 
• Bahan pemacu mikroorganisme : 0,25% 
• Abu Sekam : 10%n 
• Kalsit/Kapur : 2% 
Boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, kotoran 
ayam maksimal 25% 
2. Tempat 
Sebidang tempat beralas tanah, ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari 
dan air hujan secara langsung. 
3. Prosesing 
- Kotoran sapi (faeses dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu 
minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai ± 60%. 
- Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi, 
tempat pembuatan kompos super dan diberi serbuk gergaji, abu, kalsit/kapur dan 
stardec sesuai dosis dan seluruh bahan dicampur diaduk merata. 
- Setelah .seminggu di lokasi I, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara 
diaduk/ dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan 
homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu sampai 
70 °C untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos super yang 
dihasilkan dapat bebas dari biji gulma. 
- Seminggu kemudian dilakukan pembalikan untuk dipindahkan pada lokasi ke 3 
dan dibiarkan selama satu minggu. 
- Setelah satu minggu pada lokasi ke 3 kemudian dilakukan pembalikan untuk 
membawa pada lokasi ke 4. Pada tempat ini kompos super telah matang dengan 
warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau. 
- Kemudian pupuk diayak/disaring untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta 
memisahkan dare bahan yang tidak di harapkan (misalnya batu, potongan kayu, 
rafia) sehingga kompos super yang dihasilkan benar-benar berkualitas. 
- Selanjutnya pupuk organik kompos super siap dikemas dan siap diaplikasikan ke 
lahan sebagai pupuk organik berkualitas pengganti pupuk kimia. 
- Kandungan Kompos Super 
§ Moisture/kelembaban 45%±5 
§ TotaI N >l,8l% 
§ P0205 >1,89% 
§ K20 >1,96% 
§ Ca0 >2,96% 
§ Mg0 >0,70% 
§ C/N Ratio Maks 16% 
Manfaat Penggunaan Kompos Super pada Lahan Pertanian 
I. Mampu menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik) 
sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan. 
2. bebas dari biji tanaman liar (gulma). 
3. Tidak berbau dan mudah digunakan. 
4. Menyediakan unsur hara yang seimbang dalam 
tanah. 
5. Meningkatkan populasi mikroba tanah sehingga 
struktur tanah tetap gembur. 
6. Memperbaiki derajat keasarnan (pH) tanah. 
7. Meningkatkan produksi berbagai tanaman antara I0-30%. 
Manfaat untuk Tambak 
Cara ini akan menambah kesuburan fisik kimia dan biologis sehingga dasar tambak 
mampu meredam efek buruk pemupukan sisa pakan, faeses, kulit udang dan sisa 
bahan organik yang lain untuk di urai lebih sempurna. Dosis 1500-2000 kg/ha pada 
dasar tambak diberikan saat pengolahan dasar tambak.
 
Cara Buat pupuk Cair Organik 

Bahan dan Alat: 

1 liter bakteri 
5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya) 
0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya 
1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air 
30 kg kotoran hewan 
Air secukupnya 
Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat 
Cara Pembuatan: 

Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. 
Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. 
Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. 
Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka. 
Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. 
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya. 
Kegunaan: 

Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. 
Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. 
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
 
Cara Membuat EM 

Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM 

Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah. 

Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM : 

Pembuatan bakteri penghancur (EM). 

Bahan-bahan : 

Susu sapi atau susu kambing murni. 
Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus. 
Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih. 
Alat-alat yang diperlukan : 

Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas. 

Cara pembuatan : 

Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati. 
Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan. 
Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing. 
Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung. 
Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket. 
Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.
 
Buat Anda yang gemar menanam tanaman buah dalam pot (Tabulampot) ada baiknya menyimak tips singkat berikut ini.

Untuk merangsang tabulampot Anda berbunga, berikan pupuk daun dengan kandungan P tinggi. Hal ini juga harus dibarengi dengan pemberian hara yang cukup pada media tanam, seperti memberikan NPK pada media tanam (Kandungan NPK bisa setara atau P-nya lebih tinggi).

Setelah tanaman mulai berbunga, di sinilah diperlukan “ketegaan” kita. Perhatikan rasio/perbandingan jumlah daun dan bunga/buah nantinya. Jangan merasa sayang untuk membuang/menjarangkan bunga jika terlihat berlebihan dibandingkan jumlah daunnya.

Ada yang menyarankan untuk membuang buah yang pertama terbentuk. Hal ini ada baiknya karena buah yang pertama terbentuk cenderung berkembang lebih pesat sehingga akan menghambat/mengurangi perkembangan bunga/buah berikutnya. Penjarangan buah yang terbentuk dilakukan sedini mungkin agar makanan/energi tanaman tidak banyak terbuang. Buang buah yang terlihat kurang mulus, bengkok, dan lain-lain. Bungkus buah yang terbentuk untuk mencegah serangan lalat buah atau hama dan penyakit lainnya.

Harap diingat penjarangan ini harus dilakukan, jika tidak hasilnya akan fatal. Tanaman Anda bisa mati atau paling tidak mogok berbuah pada musim berikutnya. Selamat menjadi orang yang “tega” demi kebaikan, hehehehe….. .

Mari berkebun…




Minggu, 16 Agustus 2009

VERTIKULTUR

Vertikultur sebagai alternatif bagi lahan sempit

 Lahan yang sempit memang membuat kegiatan berkebun jadi kurang leluasa, namun dengan memanfaatkan ruang secara vertikal, berkebun menjadi lebih menyenangkan dengan kuantitas yang dapat ditingkatkan. Vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Pada kesempatan ini saya tertarik mencoba vertikultur dengan bambu berdiri sebagai wadahnya. Karena skalanya percobaan, saya hanya menggunakan dua batang bambu. Tidak semua jenis tanaman bisa atau cocok untuk vertikultur. Untungnya, hampir semua jenis sayuran bisa digunakan, yang kebetulan juga memang sesuai keinginan saya berkebun sayur mayur untuk kepentingan dapur. Dalam hal ini saya memilih tomat dan cabe merah. Untuk media tanam saya gunakan campuran tanah, kompos, dan sekam. Saya menggunakan bahan dan pola organik dalam bercocok tanam.

Pembuatan wadah tanam

 Wadah tanam yang akan saya buat adalah dua batang bambu yang masing-masing panjangnya 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah. Pada setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Saya mulai dengan memilih bambu yang batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu, semakin panjang pula masa pakainya. Di bagian 20 cm terdapat ruas yang nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bambu kecuali yang terakhir saya bobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruan ruang dalam bambu terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan. Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk sirkulasi air keluar (atusan).

Potong bambu dan bobol semua ruas kecuali yang terakhir

 Selanjutnya saya membuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor listrik. Anda tentu saja bisa menggunakan alat lain seperti pahat, atau apa saja yang Anda punya untuk membuat lubang. Lubang dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu (saya asosiasikan permukan bambu dengan bidang kotak). Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang saya buat 30 cm. Buat lubang tanam sesuai ukuran bambu dan karakteristik tanaman Jika diilustrasikan dengan permukaan datar, posisi lubang-lubang tanam 

Ilustrasi posisi lubang pada permukaan datar
 Kini saatnya menanam bambu dengan memasukkan 20 cm bagian bawah ke dalam tanah. Saya menempatkan kedua batang bambu pada jarak satu meter lebih, walaupun 40-50 cm barangkali masih memadai. Batang bambu tidak ditancapkan begitu saja, melainkan dibuatkan lubang dulu seperlunya.

Posisi wadah bambu yang telah ditanam di tanah

Pengadaan media tanam

 Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang saya gunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
 Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

Persiapan bibit tanaman dan penanaman

 Jauh sebelum saya berencana membuat wadah vertikal, saya telah mulai mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, tadinya untuk ditanam langsung ke tanah. Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, barulah saya menetapkan ide untuk menanam secara vertikal. Jadi dalam hal ini, kebetulan waktunya tepat. Pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.
 Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Di sini saya menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Saya juga menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik.
 Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan. Karena waktu itu saya belum berencana untuk menanamnya di tanah, juga belum terpikir tentang vertikultur, bibit-bibit tadi saya pindahkan ke polybag dan wadah-wadah lain yang bisa saya gunakan.
 Bibit tanaman yang saya pindahkan ke wadah bambu sudah berumur lebih dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena saya hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua batang bambu, maka saya cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Saya memilih 10 bibit tanaman cabe merah dan 10 bibit tomat. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu saya menyiramkan air ke dalamnya. Saya menyiram hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah saya rasa cukup, saya pun mulai menanam bibit satu demi satu. Setiap lubang tanam saya bolongi lagi tanahnya untuk memasukkan akar. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) saya kelompokkan di wadah bambu terpisah. Kini saya memiliki dua “kebun vertikal”.

Perkembangan dan pemeliharaan

 Pada hari pertama setelah penanaman, sejumlah daun menguning dan beberapa di antaranya malah berguguran. Namun, 2-3 hari kemudian, daun-daun muda bermunculan. Satu bulan kemudian batang semakin besar, cabang bertambah, dan daun semakin rimbun, menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan meskipun tidak sepesat pola tanaman normal yang ditanam di tanah, atau setidaknya di pot.
 Seperti halnya tanaman konvensional, tanaman vertikultur harus disiram dan dipupuk secara berkelanjutan, juga dilakukan penyemprotan untuk mencegah dan/atau membunuh hama pengganggu. Dan seperti juga tanaman dalam wadah lainnya, pemupukan harus lebih sering karena tanaman tidak mendapatkan unsur hara yang umumnya terdapat secara alami di dalam tanah. Karena posturnya yang jangkung dan wadah yang sebagian besar tertutup, saya berpikir bahwa yang cocok digunakan adalah pupuk cair. Saya memilih salah satu produk pupuk cair organik yang saat ini sudah banyak beredar di pasar. Untuk pengusir hama, saya juga menggunakan produk berbahan organik dari pasar yang selain untuk mengusir hama juga memiliki fungsi untuk mempercepat penguraian bahan pupuk organik.
 Saya menyukai kenyataan walaupun awalnya agak aneh, bahwa untuk menyiram, saya hanya “memasukkan” air dari atas lubang bambu. Begitupun ketika mengaplikasikan pupuk cair. Selain itu saya juga mencipratkan air dan pupuk cair langsung ke daun tanaman, atau dengan menggunakan semprotan. Satu hal lagi yang meringankan saya dalam memelihara tanaman vertikultur adalah saya tidak perlu membersihkan gulma, karena memang (sejauh ini) belum ada gulma yang tumbuh. Bandingkan jika ditanam di tanah atau di pot yang memungkinkan gulma tumbuh sangat rajin. Hari ini dibersihkan, dua hari kemudian sudah muncul lagi.
 
Batang membesar, cabang bertambah, daun makin rimbun

Bentuk-bentuk veltikultur

 Model dan bahan untuk membuat wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Selain bambu dapat juga digunakan paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa. Ada beberapa model lain yang ingin dan telah saya coba, dengan bahan bambu yang sangat dominan. Saya hanya ingin memanfaatkan sisa-sisa bahan bangunan yang digunakan waktu renovasi, karena saya percaya bahwa salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.

Model 1: rak mini 
Model 2: Bambu tingkat
Model 3: Rak bertingkat 
Model 4: Rak sederhana
Anda tertarik? Selamat mencoba dan bervertikulturia!
Referensi: Sutarminingsih, Ch. Lilies, Vertikultur, (Yogyakarta: Kanisius, 2007)

UPDATE [22-09-2008]

 Berhubung sempat mengungsi ke rumah mertua sebelum kelahiran anak ketiga hingga beberapa minggu, tanaman wadah vertikal saya sempat tidak terurus. Hasilnya, semua tanaman tomat gugur dengan sukses, tanaman cabe yang tersisa hidup dengan merana. Saat ini saya belum melakukan tindakan apapun, insya Allah setelah lebaran, saya akan mengulangi lagi dari proses pembibitan dan penanaman.

”Vertikultur” Kebun Mini di Dalam Rumah 

Hobi berkebun kini makin digemari. Banyak dilakukan di pekarangan rumah, halaman sekolah, atau tempat-tempat terbuka lainnya. Di Jakarta, kegemaran ini telah merambah sudut-sudut perumahan serta bantaran sungai. Memanfaatkan lahan tidur untuk pertanian kota (urban agriculture). Namun, dapatkah kegiatan berkebun diwujudkan didalam rumah? Dengan sisa lahan yang sempit lagipula terbatas.tanpa harus banyak mengeluarkan waktu biaya, atau tenaga. Bisa saja, vertikultur adalah jawabannya. 

Sistim pertanian konvensional di perkotaan membutuhkan lahan luas.  
 
 Naskah dan Foto oleh Bambang Parlupi Budi daya tanaman obat dapat juga dilakukan dengan teknik veltikultur. Selain berguna kebun pun akan terlihat lebih ”berwarna”
 Melalui sedikit kreativitas, sebuah kebun kecil dapat dipindahkan ke dalam rumah. Nama vertikultur berasal dari bahasa Inggris, verticulture. Istilah ini terdiri dari dua kata , yaitu vertical dan culture. Di dalam dunia bercocok tanam, perngertian vertikultur adalah budidaya pertanian dengan cara bertingkat atau bersusun.
 Pada dasamya jenis tani ini tidak jauh berbeda dengan mengolah tanah di kebun atau sawah. Perbedaan yang mencolok hanya terletak pada lahan yang digunakan dalam sistem pertanian konvensional misalnya, satu meter persegi mungkin hanya bisa menanam lima batang pohon. Dengan pola ini, mampu ditanami sampai 20 batang.
 ”Teknik bercocok tanam bertingkat ini biasanya digunakan untuk membudidayakan tanaman semusim, seperti sayuran,” ujar Ning Hermanto (45), yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunga Lili Jakarta Utara. Tidak menutup kemungkinan jenis pohon obat atau tanaman hias juga dapat ditanam. Selain dapat menambah gizi keluarga, petani yang mempunyai lahan luas berpeluang untuk melipatgandakan hasilnya. Suasana pun tampak lebih asri dan segar. Demikian yang diutarakan wanita yang sering menjadi fasilitator pertanian ekologis di Jakarta dan Depok itu.
 Hal serupa juga ditambahkan oleh pemerhati masalah pertanian dari KONPHALINDO (Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutandan Alam Indonesia), Sri Widiastuti. Menurutnya, pertanian vertikultur sangat cocok sekali diterapkan dikota-kota besar seperti Jakarta. Sanggup pula dibudidayakan di daerah rawan banjir. 
 Pasalnya, kebun mini ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Selain itu, amat berguna untuk mengisi waktu luang bagi ibu-ibu rumah tangga, remaja, atau para pensiunan. Bila hasilnya berlimpah dapat dijual untuk menambah income keluarga. ”Vertikultur merupakan solusi pertanian masa depan. Hemat lahan dan ‘aman bagi lingkungan,” tegasnya. 

Murah dan Mudah
 Karena pengertiannya pertanian bertingkat, sistem yang dipakai tidak ubahnya seperti sebuah tangga pada umumnya. Bersusun ke atas dan tentu saja tidak perlu mencangkul atau membajak tanah. Dalam pembuatan ‘’tingkat” alat dan bahan banyak tersedia di sekitar kita.
 Untuk pernbuatan rangka dapat dipakai kayu, bambu, atau papan. Modelnya pun terserah saja. Yang penting sanggup menopang atau mengisi beberapa buah tanaman. Ada beberapa tipe yang urnum dipakai seperti berbentuk persegi panjang, segitiga berjenjang atau seperti anak tangga. 
 Dapat pula digantung di langit - langit atau atap kamar. Ukuran tinggi rak tersebut sewajamya, agar perawatan pohon mudah dilakukan. Haï lain yang harus diperhatikan. Beri jarak sekitar 30-50 cm dan permukaan lantai.
 Tak perlu bingung untuk media tanam. Tempat hidup pohon-pohon itu dapat dipakai bekas kaleng cat, biskuit atau wadah plastik minyak pelumas. Barang-barang tersebut aneka jenis pot-pot tanaman yang banyak dijual. Begitu pula dengan memanfaatkan gelas air minum minerai, ember bekas serta dapat memakai kantung plastik jenis polybag. 
 ”Manfaatkan benda-benda yang tidak terpakai untuk membuat pot-pot tanaman,” pesan lbu Ning, yang pemah meraih Juara l Lomba Pekarangan Produktif Tingkat DKI Jakarta pada Expo Agribisnis Tahun 1999 lalu.
 Syarat pernbuatan rak itu tidak hanya kuat, namun juga fleksibel. Dapat dengan mudah diletakkan di mana saja. Diteras samping, halaman depan, bahkan di dalam ruangan. Pot tanaman juga dapat ditata sedemikian rupa. Dengan memanfaatkan kerangka penyangga untuk menggantung wadah tanaman yang ringan.
 Dalam budidaya sayuran letakkan pohon yang banyak membutuhkan sinar matahari seperti cabai, selada atau sawi pada bagian yang paling atas. Sedangkan tanaman jenis ginseng, seledri, serta kangkung di bagian tengah atau bawah. Kombinasi TABULAPOT (Tanaman Buah Dalam Pot ) dapat disusun untuk menambah ramai keadaan. Juga, tampilan koleksi tanaman hias atau obat membuat suasana ”kebun” menjadi lebih indah dan bervariasi.
 Menurut penuturan pehobi yang tidak pemah mengenyam pendidikan pertanian itu, sebelum bercocok tanam sebaiknya mengenali sifat-sifat tanaman. Beberapa jenis sayuran kadangkala cocok dibudidayakan di daerah dataran rendah atau dataran tinggi yang dingin. Bila membeli benih tanyakan pada penjual apakah cocok ditanam di daerah sekitar.
 Aneka sayuran mampu hidup di daerah panas seprti Jakarta antara lain sawi, bayam, katuk serta kemangi. Tumbuhan itu banyak di tanam secara perorangan di rumah atau pada lahan pertanian kota.
Petani vertikultur juga dapat membuat bibit sendiri. Dengan penyemaian sederhana yang diambil dari pohon yang telah mampu menghasilkan bibit. Caranya yaitu dengan membiarkan buah matang atau setengah kering di pohon. Lalu bijinya dikeringkan dengan cara dijemur. Untuk benih tanaman semusim, pilih yang bentuknya bagus dan tidak cacat, serta tenggelam bila direndam air. Wadah kotak kayu, kotak plastik persegi empat atau polybag kecil sangat baik dipakai sebagai tempat persemaian. Untuk pengadaan bibit tanaman lain dapat diperoleh dari hasil stek atau cangkokan.
 Bagi yang doyan makan tomat, pare, kacang panjang atau mentimun, dapat pula menanam dengan cara ini. Sebagai wadahnya dipakai tempat yang lebih besar, seperti drum bekas, kaleng cat besar, atau karung bekas beras. Tentu saja di beri air, atau penyangga dari kawat, bambau, atau tali sebagai tempat untukmerambatnya.
 Sistim rak veltikultur permanen, namun dapat dipindah-pindahkan. Seakan memindahkan ”kebun atau ”sawah” mini ke dalam rumah.Tidak ada rotan, akar pun jadi. Tidak ada pot, bambu pun dapat menjadi wadah tanaman.  


Sehat
 Banyak cara hidup sehat. Salah satunya adalah mengkonsurnsi makanan yang sehat. Tanpa banyak mengandung unsur kimiawi, zat pewarna atau pengawet. Begitu pula dengan tinggal di rumah yang sehat pula. Penuh ”warna” oleh pepohonan, jauh dari pencemaran lingkungan. Lalu, apa hubungannya dengan jenis pertanian ini?.
 ”Teknik vertikultur adalah upaya untuk menghasilkan tanaman yang lebih higienis dan ramah lingkungan,” ungkap Sri Widiastuti, yang tergabung dalam Jaringan Kerja Pertanian Organik Indonesia. Alasannya, menurut dia, bila pertanian tersebut dipakai dengan konsep organik, tentu hasilnya akan berbeda. Di Indonesia dikenal dengan nama Pertanian Organik (PO). Yakni budidaya pertanian alami yang tidak menggunakan bahan kimia. Tanpa pemakaian pupuk kimia, pestisida kimia atau zat perangsang buatan lainnya.
 Hal ini bukan berarti tidak memakai bahan-bahan tersebut. Pemilik kebun dapat membuat sendiri pupuk alami dari bahan-bahan sederhana. Yang diperoleh dari limbah atau sampah dapur. Untuk urusan hama penyakit pun tak perlu khawatir. Resep tradisional peninggalan orangtua mampu menghadapi hama itu.
 Memang hasil panen dari kebun kecil ini tidak sebesar dengan cara konvensional. Yang umumnya memakai pupuk kimia jenis urea, TSP, atau NPK dalam unsur tanah. Hasil dari pemakaiannya mampu menghasilkan buah dan daya tumbuh pohon yang lebih baik. 
 ”Di balik itu ada hasil yang lebih membanggakan bila memakai cara alami. Asupan zat kimia ke dalam tanaman dapat diperkecil. Air untuk menyiram pohon juga jauh lebih bersih,” jelas Sri.
 Berbeda dengan budidaya tanaman sayur yang banyak berada di pinggiran sungai. Kernudian hasilnya dijual ke pasar. Mungkin air kali yang tercemar digunakan untuk menyiram. Begitu pula dengan pola pertanian besar yang banyak memakai pestisida dan berbagai macam zat perangsang tumbuh, agar tanaman cepat dipetik hasilnya.
 Untuk budidaya sayuran cara vertikultur temyata hasil panen tidak jauh dengan petani umumnya. Pohon cabai dapat dipetik hasilnya pada usia tiga bulan. Tanaman sawi atau selada bisa dipanen ketika umur 40 hari. Terong atau pare berbuah di usia tiga bulan. Begitu juga dengan bayam yang siap dipetik pada hari ke-28.
 lbu-ibu tak perlu repot untuk pergi ke pasar atau supermarket untuk membeli sayuran yang lebih fresh. Hasil ladang bertingkat di halaman jauh lebih segar daripada di sana. Lagipula ada kepuasan batin untuk itu. Memakan hasil bumi dari jerih payah sendiri, meskipun sedikit adanya
 Bercocok tanam secara vertikultur sedikit berbeda dengan bercocok tanam di kebun atau di ladang. Vertikultur diartikan sebagai teknik budi daya tanaman secara vertical sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat dan tidak membutuhkan lahan yang banyak, papar Temmy Desiliyarni, alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB).
 Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan secara vertikultur biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek, atau tanaman semusim seperti sayuran, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas.
 Bahan untuk tempat bertanam yang biasa dimanfaatkan sebagai model vertikultur adalah pipa paralon (PVC), bambu betung, kawat ayam, atau gelas bekas air mineral. Alat-alat yang diperlukan adalah bor listrik dan gergaji. Salah satu model vertikultur sederhana yang murah adalah dari bambu betung. 
 
Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
1. Siapkan bambu betung berdiameter sekitar 10 cm sepanjang 1,5 m
2. Lubangi dengan hati-hati pembatas bagian dalam antar-ruas bambu menggunakan linggis 
3. Belahlah ujung atas dan ujung bawah menjadi empat bagian sepanjang 10 cm
4. Di bagian tengah antara belahan satu dengan yang lainnya diberi sepotong kayu sehingga belahan-belahan tadi membuka dan bagian bawah bambu dapat digunakan untuk berdiri tegaknya bambu tersebut.
5. Setelah itu, dengan menggunakan bor listrik dibuat lubang-lubang yang berdiameter 1,5-2 cm di bagian sisi bambu secara bertingkat dan berselang seling sehingga tanaman tidak saling menutupi.
6. Lubang pertama dibuat dengan jarak 12,5 cm dari ujung bambu. Lubang tanam yang lain dibuat dengan jarak 25 cm antara lubang satu dengan lubang lainnya sehingga didapatkan dua belas lubang tanam.
7. Setelah itu, masukkan media tanam yang telah disiapkan ke dalam bambu hingga penuh
8. Model ini dapat diangkat dan dipindah-pindah ke tempat yang inginkan walaupun agak berat.
9. 
Menanam Sayur di Pipa Paralon

 Pipa paralon yang terbuat dari plastik PVC bisa dimanfaatkan untuk tempat bertanam secara vertikal atau bertingkat. Rumah yang tidak mempunyai pekarangan atau lahan yang luas untuk berkebun, terutama untuk jenis tanaman sayuran, dapat menerapkan metode bertanam di pipa paralon (pvc) yang dikenalkan oleh Temmy Desiliyarni dengan sistem vertikulturnya. Tidak dijelaskan apakah sayuran yang ditanam di plastik PVC itu tidak menyerap racun klorida dari pipa PVC. 
 Berikut ini adalah cara membuat model sederhana teknik vertikultur menggunakan pipa paralon.
1. Siapkan pipa paralon berdiameter 4 inci sepanjang 1,5 m
2. Buat lubang berdiameter 1,5-2 cm di sisi pipa secara bertingkat dan berselang-seling sehingga tanaman tidak akan saling menutupi.
3. Lubang pertama dibuat pada jarak 10 cm dari ujung paralon. Lubang berikutnya dibuat dengan jarak 25 cm antara lubang satu dengan lubang lainnya sehingga didapatkan dua belas lubang tanam setiap pipa.
4. Bagian bawah pipa paralon ditutup dengan dop PVC setebal 5 cm
5. Pipa paralon yang sudah ditutup dop diletakkan di cincin alas yang berkaki dua dan terbuat dari besi. Supaya dapat berdiri kokoh, kaki-kaki tadi harus ditanam dalam alas semen yang berbentuk segi empat
6. Setelah itu, paralon diberi media tanam yang telah disiapkan hingga penuh
7. Vertikultur sudah siap ditanami. Model bisa diangkat dan dipindah-pindah sesuai dengan tempat yang inginkan walaupun agak berat.

Menanam Sayuran di Gulungan Kawat Ram

By Siti Zulaedah @ 3:20 PM :: 270 Views ::

 Satu lagi model vertikultur sederhana ala Temmy Desiliyarni, Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB), yang memanfaatkan kawat ram untuk menanam sayuran. Model vertikultur dengan kawat ram sederhana, mudah membuatnya dan bahannya mudah didapat, sehingga dapat diterapkan oleh siapa saja. Model bertanam vertikultur menghemat tempat.
1. Kawat ram yang berukuran 1,5 m x 0,5 m digulung membentuk tabung dengan diameter sekitar 10 cm.
2. Supaya gulungan kawat tersebut kuat, antarlubang kawat ram diikat dengan kawat jemuran baju. Setelah itu, bagian dalamnya dilapisi dengan kasa nyamuk, ijuk, atau sabut kelapa.
3. Lapisan bagian dalam (ijuk) dilubangi dengan menggunakan tusuk sate. Diameter lubang, untuk tanaman sayuran, sama dengan diameter kawat ram. Lubang tersebut dibuat di sisi kawat ram secara bertingkat dan berselang-seling, sehingga tanaman tidak saling menutupi.
4. Lubang pertama dibuat dengan jarak 10 cm dari ujung gulungan kawat ram. Lubang tanam yang lain dibuat dengan jarak 25 cm antara lubang satu dengan lubang lainnya sehingga didapatkan dua belas lubang tanam.
5. Bagian bawah gulungan kawat ram ditanam dalam semen yang berbentuk lingkaran supaya dapat berdiri tegak.
6. Selanjutnya, gulungan kawat ram diberi media yang telah disiapkan hingga penuh.
7. Model ini dapat diangkat dan mudah dipindah-pindah ke tempat yang diinginkan dan tidak terlalu berat.
 Model vertikultur menggunakan kawat ram ini mempunyai sedikit kekurangan yaitu apabila kawat ramnya mengalami korosi belum diketahui apakah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman atau tidak.

Vertikultur” Kebun Mini di Dalam Rumah 
 Hobi berkebun kini makin digemari. Banyak dilakukan di pekarangan rumah, halaman sekolah, atau tempat-tempat terbuka lainnya. Di Jakarta, kegemaran ini telah merambah sudut-sudut perumahan serta bantaran sungai. Memanfaatkan lahan tidur untuk pertanian kota (urban agriculture). Namun, dapatkah kegiatan berkebun diwujudkan didalam rumah? Dengan sisa lahan yang sempit lagipula terbatas.tanpa harus banyak mengeluarkan waktu biaya, atau tenaga. Bisa saja, vertikultur adalah jawabannya. 
 Melalui sedikit kreativitas, sebuah kebun kecil dapat dipindahkan ke dalam rumah. Nama vertikultur berasal dari bahasa Inggris, verticulture. Istilah ini terdiri dari dua kata , yaitu vertical dan culture. Di dalam dunia bercocok tanam, perngertian vertikultur adalah budidaya pertanian dengan cara bertingkat atau bersusun.
 Pada dasamya jenis tani ini tidak jauh berbeda dengan mengolah tanah di kebun atau sawah. Perbedaan yang mencolok hanya terletak pada lahan yang digunakan dalam sistem pertanian konvensional misalnya, satu meter persegi mungkin hanya bisa menanam lima batang pohon. Dengan pola ini, mampu ditanami sampai 20 batang.
 ”Teknik bercocok tanam bertingkat ini biasanya digunakan untuk membudidayakan tanaman semusim, seperti sayuran,” ujar Ning Hermanto (45), yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunga Lili Jakarta Utara. Tidak menutup kemungkinan jenis pohon obat atau tanaman hias juga dapat ditanam. Selain dapat menambah gizi keluarga, petani yang mempunyai lahan luas berpeluang untuk melipatgandakan hasilnya. Suasana pun tampak lebih asri dan segar. Demikian yang diutarakan wanita yang sering menjadi fasilitator pertanian ekologis di Jakarta dan Depok itu.
 Hal serupa juga ditambahkan oleh pemerhati masalah pertanian dari KONPHALINDO (Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutandan Alam Indonesia), Sri Widiastuti. Menurutnya, pertanian vertikultur sangat cocok sekali diterapkan dikota-kota besar seperti Jakarta. Sanggup pula dibudidayakan di daerah rawan banjir. 
 Pasalnya, kebun mini ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Selain itu, amat berguna untuk mengisi waktu luang bagi ibu-ibu rumah tangga, remaja, atau para pensiunan. Bila hasilnya berlimpah dapat dijual untuk menambah income keluarga. ”Vertikultur merupakan solusi pertanian masa depan. Hemat lahan dan ‘aman bagi lingkungan,” tegasnya. 

Murah dan Mudah
 Karena pengertiannya pertanian bertingkat, sistem yang dipakai tidak ubahnya seperti sebuah tangga pada umumnya. Bersusun ke atas dan tentu saja tidak perlu mencangkul atau membajak tanah. Dalam pembuatan ‘’tingkat” alat dan bahan banyak tersedia di sekitar kita.
 Untuk pernbuatan rangka dapat dipakai kayu, bambu, atau papan. Modelnya pun terserah saja. Yang penting sanggup menopang atau mengisi beberapa buah tanaman. Ada beberapa tipe yang urnum dipakai seperti berbentuk persegi panjang, segitiga berjenjang atau seperti anak tangga. 
 Dapat pula digantung di langit - langit atau atap kamar. Ukuran tinggi rak tersebut sewajamya, agar perawatan pohon mudah dilakukan. Haï lain yang harus diperhatikan. Beri jarak sekitar 30-50 cm dan permukaan lantai.
 Tak perlu bingung untuk media tanam. Tempat hidup pohon-pohon itu dapat dipakai bekas kaleng cat, biskuit atau wadah plastik minyak pelumas. Barang-barang tersebut aneka jenis pot-pot tanaman yang banyak dijual. Begitu pula dengan memanfaatkan gelas air minum minerai, ember bekas serta dapat memakai kantung plastik jenis polybag. 
 ”Manfaatkan benda-benda yang tidak terpakai untuk membuat pot-pot tanaman,” pesan lbu Ning, yang pemah meraih Juara l Lomba Pekarangan Produktif Tingkat DKI Jakarta pada Expo Agribisnis Tahun 1999 lalu.
 Syarat pernbuatan rak itu tidak hanya kuat, namun juga fleksibel. Dapat dengan mudah diletakkan di mana saja. Diteras samping, halaman depan, bahkan di dalam ruangan. Pot tanaman juga dapat ditata sedemikian rupa. Dengan memanfaatkan kerangka penyangga untuk menggantung wadah tanaman yang ringan.
 Dalam budidaya sayuran letakkan pohon yang banyak membutuhkan sinar matahari seperti cabai, selada atau sawi pada bagian yang paling atas. Sedangkan tanaman jenis ginseng, seledri, serta kangkung di bagian tengah atau bawah. Kombinasi TABULAPOT (Tanaman Buah Dalam Pot ) dapat disusun untuk menambah ramai keadaan. Juga, tampilan koleksi tanaman hias atau obat membuat suasana ”kebun” menjadi lebih indah dan bervariasi.
 Menurut penuturan pehobi yang tidak pemah mengenyam pendidikan pertanian itu, sebelum bercocok tanam sebaiknya mengenali sifat-sifat tanaman. Beberapa jenis sayuran kadangkala cocok dibudidayakan di daerah dataran rendah atau dataran tinggi yang dingin. Bila membeli benih tanyakan pada penjual apakah cocok ditanam di daerah sekitar.
 Aneka sayuran mampu hidup di daerah panas seprti Jakarta antara lain sawi, bayam, katuk serta kemangi. Tumbuhan itu banyak di tanam secara perorangan di rumah atau pada lahan pertanian kota.
 Petani vertikultur juga dapat membuat bibit sendiri. Dengan penyemaian sederhana yang diambil dari pohon yang telah mampu menghasilkan bibit. Caranya yaitu dengan membiarkan buah matang atau setengah kering di pohon. Lalu bijinya dikeringkan dengan cara dijemur. Untuk benih tanaman semusim, pilih yang bentuknya bagus dan tidak cacat, serta tenggelam bila direndam air. Wadah kotak kayu, kotak plastik persegi empat atau polybag kecil sangat baik dipakai sebagai tempat persemaian. Untuk pengadaan bibit tanaman lain dapat diperoleh dari hasil stek atau cangkokan.
Bagi yang doyan makan tomat, pare, kacang panjang atau mentimun, dapat pula menanam dengan cara ini. Sebagai wadahnya dipakai tempat yang lebih besar, seperti drum bekas, kaleng cat besar, atau karung bekas beras. Tentu saja di beri air, atau penyangga dari kawat, bambau, atau tali sebagai tempat untukmerambatnya.

Sistim rak veltikultur permanen, namun dapat dipindah-pindahkan. Seakan memindahkan ”kebun atau ”sawah” mini ke dalam rumah.  
  
Tidak ada rotan, akar pun jadi. Tidak ada pot, bambu pun dapat menjadi wadah tanaman. 

Sehat
 Banyak cara hidup sehat. Salah satunya adalah mengkonsurnsi makanan yang sehat. Tanpa banyak mengandung unsur kimiawi, zat pewarna atau pengawet. Begitu pula dengan tinggal di rumah yang sehat pula. Penuh ”warna” oleh pepohonan, jauh dari pencemaran lingkungan. Lalu, apa hubungannya dengan jenis pertanian ini?.
 ”Teknik vertikultur adalah upaya untuk menghasilkan tanaman yang lebih higienis dan ramah lingkungan,” ungkap Sri Widiastuti, yang tergabung dalam Jaringan Kerja Pertanian Organik Indonesia. Alasannya, menurut dia, bila pertanian tersebut dipakai dengan konsep organik, tentu hasilnya akan berbeda. Di Indonesia dikenal dengan nama Pertanian Organik (PO). Yakni budidaya pertanian alami yang tidak menggunakan bahan kimia. Tanpa pemakaian pupuk kimia, pestisida kimia atau zat perangsang buatan lainnya.
 Hal ini bukan berarti tidak memakai bahan-bahan tersebut. Pemilik kebun dapat membuat sendiri pupuk alami dari bahan-bahan sederhana. Yang diperoleh dari limbah atau sampah dapur. Untuk urusan hama penyakit pun tak perlu khawatir. Resep tradisional peninggalan orangtua mampu menghadapi hama itu.
 Memang hasil panen dari kebun kecil ini tidak sebesar dengan cara konvensional. Yang umumnya memakai pupuk kimia jenis urea, TSP, atau NPK dalam unsur tanah. Hasil dari pemakaiannya mampu menghasilkan buah dan daya tumbuh pohon yang lebih baik. 
 ”Di balik itu ada hasil yang lebih membanggakan bila memakai cara alami. Asupan zat kimia ke dalam tanaman dapat diperkecil. Air untuk menyiram pohon juga jauh lebih bersih,” jelas Sri.
 Berbeda dengan budidaya tanaman sayur yang banyak berada di pinggiran sungai. Kernudian hasilnya dijual ke pasar. Mungkin air kali yang tercemar digunakan untuk menyiram. Begitu pula dengan pola pertanian besar yang banyak memakai pestisida dan berbagai macam zat perangsang tumbuh, agar tanaman cepat dipetik hasilnya.
 Untuk budidaya sayuran cara vertikultur temyata hasil panen tidak jauh dengan petani umumnya. Pohon cabai dapat dipetik hasilnya pada usia tiga bulan. Tanaman sawi atau selada bisa dipanen ketika umur 40 hari. Terong atau pare berbuah di usia tiga bulan. Begitu juga dengan bayam yang siap dipetik pada hari ke-28.
 lbu-ibu tak perlu repot untuk pergi ke pasar atau supermarket untuk membeli sayuran yang lebih fresh. Hasil ladang bertingkat di halaman jauh lebih segar daripada di sana. Lagipula ada kepuasan batin untuk itu. Memakan hasil bumi dari jerih payah sendiri, meskipun sedikit adanya.

OPINI: Solusi Bertanam di Ruang Sempit dan Padat  
Ditulis oleh Administrator  

 Berkebun tentu pekerjaan yang menyenangkan. Daripada melihat halaman rumah kosong, alangkah indahnya ditumbuhi pepohonan. Mengurusi aneka tanaman hias, buah-buahan, atau tumbuhan obat dapat menjadikan waktu luang lebih berguna. Suasana tempat tinggal pun tampak lebih segar. Tapi, bagaimana bila tidak memunyai lahan? Atau cuma sejengkal tanah di depan rumah yang pas-pasan? Padahal, keinginan merawat pohon sangat besar. Tentang hal itu, enggak perlu patah semangat kok. Ibu-ibu, kaum remaja atau para bapak yang sudah pensiun tetap dapat melakukannya di sela-sela aktivitas rutin sehari-hari. 
 "Vertikultur adalah cara pertanian yang hemat lahan. Sangat cocok diterapkan di daerah permukiman padat," kata Edi Junaedi, pemerhati masalah pertanian kota dari Konphalindo (Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Alam dan Hutan Indonesia).
 Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu vertical dan culture. Di bidang pertanian, pengertian verticulture adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau beringkat. Suatu teknik atau cara budidaya tanaman semusim (khusunya sayuran) pada lahan terbatas yang diatur secara bersusun menggunakan bangunan/tempat khusus atau model wadah tertentu dengan menerapkan paket teknologi maju, serta komoditas yang diusahakan bernilai ekonomi tinggi. Garis besarnya, vertikultur adalah bercocok tanam secara bertingkat atau bersusun.
 Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan.
 Kata vertikultur diambil dari bahasa Inggris, verticulture yang merupakan penggabungan dua kata, vertical dan culture. Pengertiannya adalah suatu cara pertanian yang dilakukan dengan sistem bertingkat. Mengolah tanah dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam pohon seperti di sebuah kebun atau sawah. 
 Namun ada kelebihan yang diperoleh, yaitu dengan lahan yang minimal mampu menghasilkan hasil yang maksimal. 
 Pada pertanian secara umum atau konvensional, mungkin satu meter persegi hanya dapat ditanami lima batang pohon. Lewat pola bersusun atau bertingkat ini, dapat ditumbuhi sampai lima batang.
 Caranya yaitu dengan membuat sebuah rak untuk menaruh tanaman. Tanpa harus menanamnya langsung pada lahan yang ada. Rak tersebut dapat terbuat dari kayu, papan atau bumbu. 
 Bila ingin lebih kuat dapat menggunakan kerangka besi atau stainless steel. Tapi itu lebih mahal ongkos pembuatannya.
 Mengenai model dan ukuran, terserah kreativitas pemesan. Dibuat sedemikian rupa agar mampu menjejali banyak tanaman. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga. Dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Yang penting adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
 Beberapa bentuk bangunan dikombinasikan dengan bahan seperti seng atau aluminum persegi panjang. Kegunaannya yaitu untuk menaburi tanah, sebagai media tanam. Itu mirip dengan petak sawah atau kebun.
 Sejumlah pot bunga dapat pula dijejerkan di atas rak. Soal wadah pohon itu, tidak harus membelinya di pasar. Coba saja tengok ke gudang atau serambi rumah. Kaleng cat, bekas minyak pelumas, atau botol plastik minuman mineral yang sudah tidak terpakai, dapat dimanfaatkan.

Antibanjir
 Dalam pembuatan kerangka bangunan, yang perlu diperhatikan adalah ukuran tinggi. Perawatan tumbuhan akan lebih mudah bila rak dibuat sewajarnya. Karena pengertiannya bertani bertingkat, tentu tak ubahnya seperti sebuah tangga, bersusun ke atas. 
 Tidak langsung menanam di dasar tanah pada pekarangan, tapi diatasi lantai. Jarak sedikit agak tinggi dari permukaan tanah, amat berguna bila terjadi genangan air. Lantai pun tetap bersih bila memang ditaruh di sekitar ruangan berubin atau keramik.
 "Teknik bertani bertingkat dapat diterapkan di daerah permukiman yang rawan banjir," ujar Edi, insinyur pertanahan jebolan Universitas Padjajaran, Bandung. Pasalnya menurut dia, rak mudah ditaruh di mana saja sesuai keinginan. Bisa di halaman depan, samping, di atas tingkat, bahkan di dalam kamar sekalipun. Kerangka bangunan dibuat lebih tinggi untuk mencegah terendamnya tanaman oleh air.
 Kreativitas di rumah bisa disalurkan dengan mengecat pot atau rak. Untuk menambah sentuhan seni yang lebih menarik. Dikombinasikan pula dengan aneka warna dari berbagai jenis tanaman. Boleh juga ditambah dengan pernak-pernik pot, seperti wadah air di bawahnya atau pot-pot gantung.
 Selain tanaman hias, pohon obat juga baik sekali ditanam. Lumayan untuk menambah koleksi, lagi pula sangat bermanfaat. Jenis tapak dara, sambiloto atau pecah beling dengan mudah hidup di dalam pot.
 Tidak itu saja, kombinasi tabulapot (tanaman buah dalam pot) akan menambah isi "kebun" lebih padat. Untuk mendapatkannya, silakan saja ke penjual tanaman. Bermacam-macam pohon yang kecil-kecil sudah berbuah banyak disediakan.
 Drum bekas atau sisa kaleng cat ukuran terbesar sekali cocok sekali sebagai wadahnya. Memang jenis pepohonan tersebut terlalu berat ditaruh di atas rak. Namun, bapak atau ibu dapat menyesuaikan penempatannya.

Menanam Sayuran
 Sri Widiastuti (42), seorang pehobi berkebun, mempunyai pendapat tentang jenis pertanian ini. Menurutnya, vertikultur sangat cocok dipakai untuk budi daya tanaman semusim, misalnya sayur-sayuran. Selain menanamnya mudah, hasilnya langsung dinikmati. "Sebagai tambahan gizi keluarga dan untuk menghasilkan sayuran yang lebih segar," tutur ibu yang tinggal di kawasan padat, Kampung Dukuh, Jakarta Timur.
 Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain seledri, selada, kangkung, bayam atau kemangi. Pohon cabai, tomat, atau terong, juga mudah sekali tumbuh di dalam pot. Jenis poly bag atau kantung plastik tebal berwarna hitam, dapat menggantikan fungsi pot tanaman.
 "Sawi dan selada air akan dipanen ketika berumur 40 hari, bayam di usia 28 hari, dan cabai umumnya berbuah saat berumur 3 bulan," papar Sri, yang tergabung dalam Jaringan Kerja Pertanian Organik Indonesia. Ditambahkannya, hasil panen yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan cara pertanian yang diolah secara besar. 
 Tinggal bagaimana cara merawat dan mengolahnya saja. Bila hasilnya berlebihan, dijual sebagai tambahan keluarga. "Lagi pula lebih sehat dan ramah lingkungan," tegasnya.
 Lho, apa hubungannya? sebab dalam budi daya bercocok tanam ini, para anggota keluarga tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk membeli pupuk. Pupuk alami mampu dibuat sendiri dari sisa-sisa sampah dapur. Potongan-potongan sayuran, kulit buah atau sisa-sisa makanan merupakan bahan organik yang bermanfaat. Yaitu bahan yang mudah terurai oleh tanah dan diperlukan oleh tanaman.
 Pembuatannya cukup menimbun di dalam tanah. Dibiarkan terurai selama kurang lebih satu bulan lamanya. Setelah itu dapat dipakai sebagai media tanam. Dengan ditambah oleh campuran pasir, tanah gembur, serta pupuk kompos tadi. Takarannya yang seimbang, yaitu 1:1:1.

Pupuk Kandang
 Selain kompos, pupuk yang baik adalah pupuk kandang. Biasanya diperoleh dari kotoran sapi, kambing, atau kerbau. Bagi penduduk di sekitar Jakarta, lebih mudah mendapatkannya di toko pertanian terdekat. Kotoran hewan peliharaan seperti ayam, burung, serta kelinci mampu digunakan untuk pembuatan pupuk kandang tersebut. Prosesnya sama seperti pupuk kompos tadi. Dikubur dahulu agar tidak berbau, dan biarkan mikro organisme yang mengurainya.
 "Kotoran anjing dan kucing kurang cocok dipakai untuk membuat pupuk kandang," pesan Edi yang menjadi fasilitator Pertanian Organik di Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri, Pancoran Mas, Depok. "Sisa-sisa makanan yang dikeluarkan oleh binatang pemakan rumput jauh lebih baik hasilnya," imbuhnya.
 Terasa lebih asyik dengan menggunakan pupuk buatan sendiri. masalah limbah rumah tangga dan ternak sedikit teratasi. Hasil yang dipetik jauh lebih sehat, karena pupuk yang dipakai adalah alami, tanpa bahan kimia buatan.
 Di sisi lain, air yang dipakai untuk menyiram adalah air yang bersih. Berbeda dengan para petani sayuran di perkotaan atau daerah lainnya. Mungkin air yang digunakan adalah air sungai yang kotor dan tercemar. Atau mengandung pestisida hama yang larut dalam air. Tentunya seluruh anggota keluarga tidak mau tercemar kan? Selamat mencoba.
 
Bertanam di lahan sempit secara vertikal
 Lahan sempit yang banyak terdapat di perkotaan dapat dimanfaatkan dengan bertanam secara vertikal atau vertikultur. Lahan sempit yang tidak termanfaatkan bisa memberikan keuntungan ekonomi. 
 Demikian disampaikan Yudha Kurniawan dari Sekolah Alam ketika memberikan “Pelatihan Pemanfaatan Lahan Sempit” pada acara Kampoeng Organik 2004 di Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta tanggal 24 September 2004 oleh Konphalindo. 
 “Dalam vertikultur media tanam yang digunakan adalah tanah yang mengandung pupuk kompos. Penggunaan pestisida sebaiknya dihindari. Yang diperlukan tanaman adalah perhatian dan perawatan,” ungkap Yudha Kurniawan. 
 Jenis tanaman harus disesuaikan dengan kondisi iklim daerah tanam. Untuk Jakarta kangkung, sawi dan bayam cocok. 

Cara bertanam vertikultur: 
-Buat lubang tanam atau alur tanam. 
-Masukkan pupuk kandang. 
-Semai benih yang perlu disemai di tempat lain. 
-Tanamlah tanaman hasil semai atau pun tanaman mini. 
-Peliharalah dengan cukup menyiram dan mengontrol hama penyakit. 
-Panen dapat dilakukan setelah tanaman cukup tua. 
 Setelah dua sampai tiga kali panen media tanam (tanah) dapat diganti. Sebenarnya penggantian tanah tergantung dari usia tanaman. Bila usia tanaman 30–40 hari maka penggantian tanah dilakukan setelah dua-tiga kali panen. Sedangkan bila usia tanaman 60 hari maka penggantian tanah dilakukan setelah satu kali panen. 
 Perlu diingat dasar pertimbangan memanfaatkan lahan sempit adalah memperhatikan aspek ekonomis yaitu biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil tanam.


PERSITIDA ALAMI

BERBAGAI MACAM PESTISIDA ALAMI

Penggunaan pestisida buatan yang memakai bahan kimia memang berbahaya bagi manusia. Kita sering merasa waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya. Nah, semoga artikel tentang pembuatan pestisida alami ini dapat membantu memecahkan persoalan Anda (petani) dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus keluarga.

Mimba (Azadiracta indica)
Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring. Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman.

Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.

Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.

Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.

Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.


Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman.

Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.

Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.

Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.

Kemangi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.

Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.

Tembelekan (Lantara camara)
daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun.

Rumput Mala (Artimista vulgaris)
Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman.



Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan..Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.

Gamal (Gliricidia sepium)
Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.

Bunga Mentega (Nerium indicum)
Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan untuk mengusir semut.

Tanaman yang sehat dan indah merupakan dambaan kita. Tetapi, ketika kita melihat tanaman kita habis dimakan ulat atau hewan lain, maka hati kita akan merasa kecewa.

Untuk membasmi hewan pengganggu atau lebih dikenal dengan hama ini, dengan menggunakon pestisida. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan hama dan pestisida?
Hama adalah semua hewan yang memiliki kemampuan merusak tanaman dengan cara:
memakan bagian tanaman (akar, batang, buah, atau bunga) sehingga tanaman menjadi rusak dan hancur.
menghisap cairan yang terdapat pada bagian tanaman sehingga tanaman terlihat layu dan akhirnya mati.
menjilat bagian tanaman terutama pada buah sehingga kulit buah terlihat berkerak dan buah menjadi kerdil pertumbuhannya.

Pestisida adalah obat yang digunakan untuk memberantas hama daan penyakit pada tanaman. Pestisida terbagi menjadi dua:
pestisida buatan, yaitu pestisida yang dibuat dari bahan kimia.
pestisida alam (bio pestisida), yaitu pestisida yang dibuat dari alam.
Cara Membuat Pestisida Alam
Untuk mematikan hewan pengganggu ini cukup mudah kok! Yaitu salah satunya dengan memanfaatkan tanaman sirsak yang ada disekitar kita.
Tentu kamu tidak asing lagi dengan buah sirsak. Buahnya berwarna hijau memiliki duri yang tidak tajam, biji berwarna hitam dengan daging buah yang berwarna putih dan rasa buah yang asam segar. Ternyata tidak hanya buahnya saja yang bermanfaat, tetapi daun sirsak memiliki kemampuan untuk membunuh hama jenis serangga, terutama ulat (larva).

Cara membuat pestisida alam dari daun sirsak cukup mudah:
ambillah beberapa lembar daun sirsak sesuai kebutuhan.
tumbuk daun hingga halus dan peras air dari daun tersebut.
air perasan tersebut langsung disemprotkan ke tanaman yang diserang hama.

Semakin banyak daun yang digunakan untuk membuat pestisida maka akan semakin besar kemungkinan hama tersebut mati.
Keuntungan menggunakan pestisida alam ini yang utama karena keseimbangan alam tidak akan terganggu oleh zat kimia yang berbahaya dan tanaman yang diberi pestisida alam ini akan lebih aman dikonsumsi oleh manusia karena terhindar dari zat kimia berbahaya.
 
Membuat Pestisida Alami 

Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab denga lingkungan. 

Bahan dan Alat: 

2 kg gadung. 
1 kg tembakau. 
2 ons terasi. 
¼ kg jaringao (dringo). 
4 liter air. 
1 sendok makan minyak kelapa. 
Parutan kelapa. 
Saringan kelapa (kain tipis). 
Ember plastik. 
Nampan plastik. 
Cara Pembuatan: 

Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung). 
Gadung dikupas kulitnya dan diparut. 
Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas 
Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas 
Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan. 
Dosis: 
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air. 
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air. 
Kegunaan: 
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit. 
Dapat menolak hama dan penyakit. 
Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami. 
Sasaran: 
Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu. 
Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan.
 
Pembuatan Pestisida Alami dari Fermentasi Ekstrak Tanaman
Acara : Mitra Tani; 

Nara sumber : Ir. Triyono
Penyiar : Isna

Pestisida alami merupakan obat yang digunakan untuk memberantas hama maupun penyakit tanaman dimana bahannya berasal dari bahan-bahan alami. Tidak seperti pestisida kimiawi yang umumnya ada dampak negatifnya ketika penggunaanya melebihi ambang batas yang ditentukan, pestisida alami ini sangat aman untuk tanaman itu sendiri. Namun perlu diperhatikan bahwa penyemprotan pestisida alami ini hendaknya tidak digunakan pada waktu musuh alami pada tanaman tersebut baru saja menetas. Hal ini justru akan mematikan musuh alami yang sebetulnya bermanfaat untuk tanaman tersebut.

Adapun alat dan bahan yang perlu disiapkan seperti :
EM4 : 300 cc
tetes tebu : 300 cc
Air : 10 liter
Tanaman obat yang memiliki bau yang khas/keras seperti : daun mindi, daun jambu, daun kemangi, daun jeruk purut dan daun beluntas. Selain daun bisa juga digunakan buah-buah muda seperti mangga, jeruk nipis, jeruk purut dan buah pisang yang muda. Bisa juga digunakan tanaman rempah/bumbu dapur seperti bawang putih, cabe rawit, jahe, kunir, gambir, tembakau dan kacang-kacangan.
Drum plastik (yang ada kran di bawahnya) untuk fermentasi bahan-bahan tanaman tersebut diatas.

Adapun cara membuatnya adalah sebagai berikut :
Semua bahan dipotong-potong kecil-kecil, dimasukkan ke dalam drum plastik, sampai penuh, tetapi tidak dipadatkan.
Tetes tebu dicampur dengan air yang telah disiapkan.
Dalam larutan tetes tebu tersebut dilarutkan EM4 dan aduk sampai merata.
Kemudian larutan ini dimasukkan ke dalam drum plastik sampai bahan terendam.
Beri diatas bahan pada drum sebuah pemberat, lalu drum ditutup rapat.
Setelah 10 hari ekstrak tanaman yang keluar melalui kran dapat dimanfaatkan dengan ukuran 1 cc dicampur 1 tetes air.

Pestisida alami yang sudah jadi biasanya hanya bertahan selama 1 bulan. Setelah 1 bulan , pestisida alami ini tidak bisa dimanfaatkan lagi. Namun demikian, pembuatan pestisida dengan bahan alami akan bermanfaat sekali untuk memberantas hama penyakit dalam jumlah yang besar.

 
Pembuatan Pupuk Organik dengan Biotama  
Memasuki abad 21 ini, gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Orang makin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuhan, dalam produksi pertanian ternyata berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian berkelanjutan yang diakui oleh Komisi Eropa (European Commission) dan Agricultural Council pada Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1992. Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Organik secara Umum 
.
Tanah yang akan ditanami dengan sayur sayuran harus diolah dahulu dan diberi pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, limbah limbah organik yang telah diolah dengan Biotama 3 (cara membuat pupuk organik dari kotoran ternak maupun limbah/sampah organik ada di belakang *) 
Setiap Hektar ladang atau sawah yang akan ditanami sayuran diberi pupuk kandang/pupuk organik (antara 1 sd 20 ton per Ha - nya). Jika tanah mempunyai kandungan bahan organik > 3 (tanah masih subur) maka pemupukan cukup dengan dosis 1 ton/ha, jika kandungan bahan organik antara 1 – 2% maka disarankan pemberian pupuk kandang/pupuk organik sebanyak antara 1 – 3 ton/ha, namun jika tanah telah banyak pencemarannya (rusak) atau tanah yang mempunyai kandungan bahan organik <1% maka pupuk kandang yang dibutuhkan semakin banyak (antara 3 – 20 ton /ha). 
Banyaknya pupuk organik juga tergantung kemiringan lahannya. Semakin lahan miring dimana banyak terjadi erosi dan lapisan olah tanah hilang maka dosis pupuk orgnik bisa mencapai 20 ton/ha. Tanah dicampur dengan pupuk organik, digemburkan lalu dibentuk bedengan untuk mempermudah memelihara tanaman/sayuran yang ditanam. Untuk menggemburkan tanah siram/semprot dengan air yang telah dicampur Biotama 1 dengan perbandingan (Biotama 1 : 1 liter + air : 30 - 50 liter) 
.
CARA MEMBUAT PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH LIMBAH ORGANIK 
Cara membuat Pupuk Organik dari kotoran ternak / kotoran manusia Bahan : 
1. Kotoran Ternak / manusia 300 kg. 
2. Dedak 10 kg. 
3. Sekam 200 kg. 
4. Gula ( 10 sendok makan ). 
5. BIOTAMA 3 300 - 500 ml (30 – 50 tutup botol), tergantung bau kotoran. 
6. Air secukupnya 
.
Cara Pembuatan : 
1. Larutkan BIOTAMA 3 dan gula ke dalam air dalam timba berisi air ± 7 liter (bisa ditambah dan dikurangi sesuaikan kondisi kelembaban kotoran ternak) 
2. Kotoran Ternak, sekam dan dedak dicampur secara merata. 
3. Disiram larutan BIOTAMA 3 secara berlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, bila kepalan dilepas, maka adonan akan mekar. 
4. Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 hari. 
5. Pertahankan suhu gundukkan adonan 40-500 C. jika suhu lebih dari 500C, bukalah karung penutup dan gundukkan adonan dibalik-balik, kemudian ditutup lagi dengan karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan Pupuk Organik menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam. 
6. Setelah 2 atau 3 minggu saat suhu sudah stabil dan warna pupuk organik menjadi lebih gelap (coklat tua ataupun hitam) itu pertanda telah terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik. 
.
Cara Membuat Pupuk Organik dari sampah organik secara cepat 
Bahan : 
1. Jerami kering/daun-daun kering/ sekam/serbuk gergaji atau bahan apa saja yang dapat difermentasi 200 kg. 
2. Pupuk Organik yang sudah jadi 20 kg. 
3. Dedak 20 kg. 
4. Gula pasir (5 sendok makan). 
5. BIOTAMA 3 200 ml (20 tutup botol). 
6. Air secukupnya. 
.
Cara Pembuatan : 
1. Larutkan BIOTAMA 3 dan gula ke dalam air. 
2. Jerami kering (atau bahan apa saja yang dapat difermentasi), potong kecil kecil, kemudian dicampur dengan Pupuk Organik yang sudah jadi dan dedak secara merata. 
3. Siram larutan BIOTAMA 3 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan dilepas, maka adonan akan megar. 
4. Adonan dicetak diatas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung/terpal , selama 3-4 hari. 
5. Pertahankan suhu gundukkan adonan 40-500C. jika suhu lebih dari 500C, bukalah karung penutup dan adonan dibalik-balik, kemudian tutup lagi dengan karung goni. Suhu yang tinggi mengakibatkan Pupuk Organik menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu dilakukan setiap pagi dan sore. 
6. Setelah 5 – 7 hari Pupuk Organik telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik. 
.
Cara membuat Pupuk Organik dari Jerami Padi 
Bahan : 
1. Jerami 200 kg termasuk berbagai sampah pekarangan, daun daun, rumput dll dipotong 1 – 5 cm (lebih kecil akan lebih bagus) 
2. Dedak 10 kg. 
3. Sekam 200 kg. 
4. Gula pasir 10 sendok makan. 
5. BIOTAMA 3, 200 ml (20 tutup botol). 
6. Air secukupnya . 
.
Cara Pembuatan : 
1. Tuangkan BIOTAMA 3 ke dalam timba berisi air ± 7 liter, tambahkan gula pasir. Air bisa ditambah ataupun dikurangi sesuai dengan kelembaban dari jerami/dedaunan sebagai bahan pupuk organik. 
2. Jerami, sekam dan dedak dicampur secara merata. 
3. Siramkan larutan BIOTAMA 3 secara perlahan lahan ke dalam adonan secara merata sampai Kadar Air 30% (yaitu saat adonan mudah dikepal dengan tangan namun kepalan mudah hancur saat digulingkan). 
4. Adonan ditumpuk/dicetak di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm , kemudian ditutup dengan karung goni atau terpal, selama 2-3 hari. 
5. Pertahankan suhu tumpukan jerami 40-500 C. Jika suhu lebih dari 500 C, bukalah karung goni atau terpal penutup dan gundukan adonan dibolak balik, kemudian ditutup lagi. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan Pupuk Organik menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu dilakukan setiap pagi dan sore. 
6. Setelah jerami berwarna hitam kecoklatan dan lebih hancur ukurannya, maka Pupuk Organik telah siap digunakan. 
.
CATATAN untuk PEMBUATAN PUPUK ORGANIK dari semua bahan:
Apabila pada hari ke 3 masih belum terasa panas berarti pembuatan kurang berhasil hal ini bisa disebabkan karena beberapa hal, antara lain : 
• konsentrasi BIOTAMA 3 terlalu sedikit bila dibanding limbah yang ada, 
• penutup masih kurang rapat, atau 
• ubin tidak rata sehingga ada air yang menggenangi atau terlalu banyak jumlah air yang tercampur dalam proses pembuatan pupuk organik. 
.
Untuk mengatasi hal hal tersebut maka langkah yang dilakukan disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, yaitu 
• tambahkan BIOTAMA 3 secara langsung 
• penutup diteliti agar tertutup rapat
• buat kemiringan sedemikian rupa sehingga tidak ada air yang tergenang di sekitar lahan pembuatan pupuk organik tsb



TIPS TABULAMPOT

Tips Tabulampot

 Buat Anda yang gemar menanam tanaman buah dalam pot (Tabulampot) ada baiknya menyimak tips singkat berikut ini.
 Untuk merangsang tabulampot Anda berbunga, berikan pupuk daun dengan kandungan P tinggi. Hal ini juga harus dibarengi dengan pemberian hara yang cukup pada media tanam, seperti memberikan NPK pada media tanam (Kandungan NPK bisa setara atau P-nya lebih tinggi).
 Setelah tanaman mulai berbunga, di sinilah diperlukan “ketegaan” kita. Perhatikan rasio/perbandingan jumlah daun dan bunga/buah nantinya. Jangan merasa sayang untuk membuang/menjarangkan bunga jika terlihat berlebihan dibandingkan jumlah daunnya.
 Ada yang menyarankan untuk membuang buah yang pertama terbentuk. Hal ini ada baiknya karena buah yang pertama terbentuk cenderung berkembang lebih pesat sehingga akan menghambat/mengurangi perkembangan bunga/buah berikutnya. Penjarangan buah yang terbentuk dilakukan sedini mungkin agar makanan/energi tanaman tidak banyak terbuang. Buang buah yang terlihat kurang mulus, bengkok, dan lain-lain. Bungkus buah yang terbentuk untuk mencegah serangan lalat buah atau hama dan penyakit lainnya.
 Harap diingat penjarangan ini harus dilakukan, jika tidak hasilnya akan fatal. Tanaman Anda bisa mati atau paling tidak mogok berbuah pada musim berikutnya. Selamat menjadi orang yang “tega” demi kebaikan, hehehehe….. .
Spektakuler! Itu kata yang tepat untuk menyebut penampilan sepot tabulampot jambu air di Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor. Sekitar 50 buah berukuran lebih besar daripada telur bebek menggerombol di batang utama. Lazimnya buah Syzygium samarangense itu muncul di ujung tajuk.
 'Ini memang keistimewaan mekarsari,' tutur Ir AF Margianasari, kepala Produksi Buah TWM. Jambu air yang bibitnya diperoleh dari Bogor itu buahnya 80% muncul di batang. Sisanya di ranting dan ujung cabang. Jambu air lain justru sebaliknya, mayoritas buah-hampir 75-80%-keluar di ranting dan ujung cabang. 
 Eddy Soesanto, penangkar di Jakarta Timur, pernah mengamati pembuahan pada jambu air kaget dan lilin. 'Jambu kaget dan lilin bisa berbuah di ujung cabang dan di batang utama. Tapi itu hanya 20-25% dari total populasi buah,' ujarnya. Pada jambu jenis lain malah hanya 1-2 dompol yang muncul di batang. 
Mutasi 
 Ir Wijaya, MS, penangkar buah di Bogor, malah belum pernah melihat tabulampot jambu air berbuah di batang. 'Ini abnormal dan merupakan hal baru,' katanya waktu mendengar informasi tentang rose apple di TWM itu. Menurut mantan peneliti di Kebun Percobaan Cipaku, Bogor, itu, sifat spesifik jambu air memang berbuah di ranting atau ujung cabang. Bunga yang nantinya menjadi buah muncul dari tunas vegetatif yang membawa daun. Pada jambu air mekarsari calon bunga justru keluar langsung di batang tanpa didahului daun.
 Wijaya menduga, munculnya buah di batang karena pemicu tertentu. 'Misal lingkungan ekstrem yang menyebabkan tanaman stres,' katanya. Karena stres, terjadi penyimpangan dari sifat asli.

 Perubahan karakter itu bisa jadi bersifat genetis jika kejadiannya konsisten pada setiap musim dan diturunkan pada anakan. Menurut Margianasari selama 10 tahun pengamatan sejak 1997, tanaman induk mekarsari selalu berbuah di batang. Pun tanaman turunannya. Salah satunya yang Trubus lihat berbuah lebat di batang pada penghujung Januari 2008. 
 Margianasari sepakat jika karakter berbuah mekarsari di batang bersifat genetis. 'Sepertinya tunas generatif-bunga-jambu air mekarsari lebih responsif ketimbang tunas vegetatifnya,' tuturnya. Makanya kerabat cengkih itu bisa berbuah di batang tanpa perlakuan khusus. Kejadian serupa ditemukan pada jambu air delima asal Demak. Buah-buah jambu air delima muncul di batang, bukan di ujung tajuk. 
Tabulampot 
 Sifat berbuah di batang pada jambu air mekarsari menguntungkan. Berdasar pengamatan TWM ukuran buah di batang 2 kali lebih besar ketimbang yang di ranting atau ujung cabang. Bobot buah di batang mencapai 80-90 g per buah. Lagi pula rasanya lebih manis karena pasokan nutrisi yang nantinya diubah menjadi zat gula lebih besar ketimbang di cabang atau ranting.
 Dipadu warna buah yang hijau dengan semburat merah di pantat, ia cantik sebagai tabulampot. Buah berbentuk lonceng berkumpul di batang utama, batang sekunder, maupun tersier. Mirip seperti penampilan tabulampot belimbing yang diatur berbuah di batang. 'Supaya buah lebih terekspos, pangkas daun yang menghalangi buah,' kata Eddy. Pemangkasan daun juga membuat sinar matahari masuk ke dalam tajuk sehingga warna buah lebih cerah. 

Menjaga Penampilan Tabulampot
 Penampilan tabulampot, termasuk tabulampot sawo durian atau sawo apel, terletak pada postur tanaman yang pendek, bermahkota bagus, dan tunas-tunas bunga-buah terangsang untuk tumbuh. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan dan pembentukan pohon. Caranya:
1. Pakai rumusan “139″
 Artinya, pelihara hanya 1 batang utama (pokok) pada ketinggian 60 - 100 cm, 3 cabang primer terpilih sepanjang 30 - 50 cm, dan 9 cabang sekunder terpilih sepanjang 30 - 50 cm. Lakukan pemangkasan pada musim penghujan. Setelah dipangkas, olesi setiap luka pangkasan dengan cat atau ter.
2. Pengeringan sementara
 Untuk merangsang pembungaan tabulampot sawo, lakukan dengan teknik pengeringan media tanam. Caranya, biarkan media tanam dalam pot tidak disiram selama beberapa hari (tapi jangan sampai layu permanen). Setelah itu, siram sedikit demi sedikit, lalu keringkan lagi hingga tanaman tampak layu. Setelah itu, siram perlahan-lahan sampai cukup basah. Lakukan ini selama 4 - 6 minggu.
3. Pupuk lagi 
 Jika tetap tidak berbunga, tambahkan pupuk TSP sebanyak 50 gr/pot.
4. Pakai saja ZPT 
 Untuk menjaga tanaman berbuah sepanjang tahun dan buah-buah tetap bagus, gunakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Beberapa ZPT yang bisa dipakai antara lain Hobsanol, Atonik, Ethrel, dan Cultar, yang bisa Anda beli di toko/kios pertanian terdekat.

CARA BERTANAM
1. Bibit ditanam 
 Ambil sebagian media tanam dari pot. Keluarkan bibit sawo dari polybag bersama tanahnya. Jika bibit memiliki cabang, ranting, daun, dan akar berlebihan, sebaiknya kurangi atau pangkas. Bibit ditanam dalam posisi tegak, lalu timbun dengan media tanam yang sudah dikeluarkan tadi. Padatkan media tanam di sekitar pangkal bibit, lalu siram hingga cukup basah.
2. Pilih tempat aman 
 Langkah berikutnya, letakkan tabulampot sawo pada tempat yang pas. Tempat itu harus terbuka, terkena sinar matahari pada pagi hari hingga pukul 11, aman dari segala gangguan, dan lingkungan sekitarnya mendukung. Dengan demikian, tabulampot sawo bisa tumbuh subur dan produktif.
3. Bila lebih dari satu pot. 
 Jika memiliki lebih dari satu tabulampot sawo, letakkan berjajar dan teratur. Tetapi bisa juga tidak berjajar, karena harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Yang penting, jarak antar-pot sekurang-kurangnya 2 x 2 meter.
4. Rajin menyiram. 
 Jangan lupa rajin menyiram tabulampot sawo atau apel Anda. Selain dengan selang plastik, ada cara lain dengan sistem tali sumbu dan sistem irigasi tetes sederhana.
5. Tetap diberi pupuk susulan. 
 Meski media tanam yang digunakan sudah mengandung pupuk, namun sebaiknya tetap dilanjutkan dengan pemupukan susulan. Sebulan setelah tanam, lakukan pemupukan dengan Urea, TSP, dan KCL (2:2:1), 2 sendok makan per pohon. Benamkan campuran pupuk di sekeliling pot sedalam 10 cm.
 Jika tabulampot sawo mulai berbunga, beri pupuk NPK (15-15-15) sebanyak 1 sendok makan per pohon. Jangan lupa, terlebih dulu larutkan pupuk dalam 10 liter air,
kemudian siramkan pada media hingga cukup basah.
 Bila tanaman sudah rutin berbuah, tetap lakukan pemupukan sekurang-kurangnya 4 bulan sekali. Gunakan pupuk NPK (15-15-15) sebanyak 1 sendok makan per pohon, langsung benamkan sedalam 10 cm di sekeliling pot
 Banyak orang enggan menanam tabulampot rambutan. Alasannya, susah berbuah. Padahal, jika tahu caranya, tabulampot rambutan pun bisa berbuah lebat, lho. 

 Tanaman buah dalam pot (tabulampot) kini sudah tak asing lagi bagi para pecinta tanaman. Aneka tanaman buah yang dulu hanya ditanam di halaman yang luas, kini banyak ditanam orang di dalam pot. Namun, sepertinya tak banyak orang yang melirik tabulampot rambutan. Kenapa? 
 Jujur diakui, tabulampot rambutan seringkali mogok berbuah, bahkan tak pernah berbuah sekali pun. Malah, mati sebelum berbuah. Padahal, tanaman rambutan dalam pot sebetulnya bisa menghasilkan buah, asal kita tahu rahasianya. 
 Rambutan (Nephellium lappaceum) berasal dari Malaysia dan Indonesia. Kerabat dekatnya antara lain leci (N. litchi) dan kepulasan (N. mutabile). Sentral tanaman rambutan tersebar di berbagai daerah, seperti Bogor, Subang, Bekasi, Purwakarta, Semarang, Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Magelang, Jember, Blitar, dan Lumajang, Sleman, Bantul serta DKI Jakarta, khususnya di Pasar Minggu. 

 Di negeri kita banyak varietas rambutan, entah itu varietas lokal maupun varietas unggul. Untuk varietas lokal, sebut misalnya Aceh Gundul, Aceh Gula Batu, Aceh Gendut, Aceh Kuning, Aceh Padang Bulan, Aceh Garing, Aceh Pao Pao, Aceh Kering Manis, Simacan, Sitangkue, Sinyonya, Brahrang, Hape, dan sebagainya. Sedangkan yang unggul, sekurang-kurangnya ada 8 varie?tas, antara lain Rapiah, Lebak Bulus, Anta Lagi, Sibongkok, Sibatuk Ganal, Garuda, Nona, dan Binjai. 

PILIH VARIETAS BINJAI
 Pertanyaannya, varietas mana yang akan kita pilih untuk ditanam dalam pot? Belajar dari pengalaman, ternyata varietas Binjai yang ?cocok? ditanam dalam pot. Alasannya, lebih cepat berbuah dibandingkan varietas lain. Apalagi jika bibitnya berasal dari okulasi, yang bisa berbuah kurang dari setahun. Varietas Binjai juga memiliki keindahan tersendiri. Ia memiliki 4 - 5 cabang dan karena itu lebih rimbun. Buahnya juga ngelotok dan manis. 
 Biasanya, wadah tanam tabulampot adalah pot dari tanah liat. Ukurannya tergantung kondisi bibit yang hendak ditanam. Misalnya, untuk bibit setinggi 50 cm, bisa digunakan pot berdiameter 30 cm. 
 Namun, untuk tabulampot rambutan, sebaiknya gunakan wadah tanam berupa drum. Ukuran drum sebaiknya agak besar, sebab ukuran bibitnya juga agak besar. Sebagai pedoman, gunakan bibit rambutan Binjai setinggi 60 - 75 cm dengan diameter drum sekitar 50 - 60 cm. Drum ini harus diberi lubang-lubang kecil di bagian dasarnya, kemudian diberi ganjalan berupa batu bata atau batako, sehingga pembuangan air penyiraman lancar. Selama ini, banyak variasi media tanam untuk tabulampot. 
 Misalnya campuran tanah gembur, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 5 : 1 : 2. Ada juga campuran pupuk kandang, pasir, dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Ma sih ada lagi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 2, atau campuran sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1. 
 Yang perlu diketahui, tabulampot sangat sensitif terhadap media tanam yang memadat, yang mengakibatkan daun cepat mengering lalu rontok. Oleh karena itu, disarankan menggunakan media tanam berupa pupuk kandang seluruhnya. Lebih baik lagi jika pupuk kandang tadi diberi insektisida Furadan 3 G sebanyak 100 gram per drum. Ini untuk mencegah serangan hama. 

TAHAP-TAHAP MEMASUKKAN PUPUK KANDANG KE DRUM 

Pertama, masukkan pecahan batu bata ke dasar drum hingga mencapai seperempat bagian drum.
* Di atas lapisan batu bata, isikan selapis ijuk atau humus atau daun-daun kering.
* Masukkan pupuk kandang hingga mencapai 2 cm di bawah bibir drum.
* Siram hingga cukup basah.

MOGOK BERBUAH? 
 Keluhan sering muncul ketika tabulampot rambutan tak mau berbuah lagi. Bahkan, seumur-umur hanya berbuah sekali dan setelah itu macet. Padahal, perawatan sudah dilakukan. Termasuk penyiraman dan pemupukan. Jika menghadapi problema seperti itu, jangan cepat-cepat putus asa! Tanaman masih bisa direkayasa, kok. 
 Caranya, keluarkan tanaman dari drum, amati kondisi fisiknya, lalu pangkas sebagian daunnya. Setelah itu, tanam langsung di tanah. Sementara itu, siapkan juga media tanam (pupuk kandang) yang baru. Bila sudah tampak tunas-tunas baru, pindahkan tanaman dari tanah lapang ke drum. Gampang kan ? 

CARA MENANAM BIBIT DALAM POT 

 Siram media tanam dalam polybag, lalu sobek, dan keluarkan bibit bersama tanahnya. Bila akar, daun, dan cabang tampak panjang, sebaiknya dipangkas. 
1. Gali media dalam drum membentuk lubang. Sesuaikan ukuran lubang dengan ukuran perakaran bibit rambutan. 
2. Tambahkan pupuk NPK, dengan perbandingan 15 : 15 : 15, sebanyak 100 gram, lalu aduk-aduk hingga merata. 
3. Masukkan bibit ke lubang dalam drum. Pelan-pelan, tekan tanah pada bagian pangkal bibit pelan-pelan. 
4. Siram sampai cukup basah. 
5. Untuk sementara waktu, beri tutup kantung plastik transparan dan letakkan di tempat yang teduh. Jika sudah tumbuh tunas-tunas baru, singkirkan tutup. 

TIPS PERAWATAN 

 Faktor perawatan kerap diabaikan. Padahal, sangat penting dan kerap jadi kunci keberhasilan penanaman tabulampot rambutan. 
Perawatan apa saja yang harus kita lakukan? 

1. Penyiraman
 Di musim kemarau, penyiraman sangat perlu. Jika memakai air PAM, yang biasanya mengandung kaporit, sebaiknya endapkan dulu semalam, dan baru esoknya disiramkan. Namun, usahakan benar-benar jangan sampai air siraman menggenang lebih dari 12 jam. Genangan air bisa merangsang timbulnya penyakit busuk akar. 
2.Penggemburan
 Ingat, usahakan media tanam tidak memadat. Pemadatan media biasanya terjadi karena penyiraman yang berlebihan. Setelah itu, lakukan penggemburan dengan menggunakan sekop kecil. Hati-hati, jangan sampai merusak akarnya. 
3.Pemupukan
 Meski media tanam menggunakan pupuk kandang, pupuk organik masih diperlukan. Sampai umur 2 tahun, setiap 4 bulan, tambahkan NPK (15:15:15) sebanyak 25 gram per drum. Sejak umur 3 tahun dan seterusnya, setiap drum diberi 100 gram NPK (15:15:15). Caranya, benamkan pupuk NPK sedalam 10 cm, lalu siram hingga cukup basah. 
4.Pemangkasan
 Pemangkasan tabulampot rambutan di samping untuk membentuk habitus (kanopi) tanaman agar tampak pendek, juga agar cabang dan pertumbuhannya seimbang. Pemangkasan perdana dilakukan saat tanaman berumur kurang dari setahun, atau tinggi batang sekitar 75 - 100 cm dari permukaan drum. Cara pemangkasan adalah, untuk pemangkasan perdana, pilih 3 cabang primer. Bila panjang cabang primer mencapai 50 cm, pangkas ujungnya hingga tumbuh cabang-cabang sekunder. Pilih hanya tiga cabang sekunder per cabang primer. Selanjutnya, pangkas ujung cabang sekunder sampai tumbuh cabang tersier, dan pilih hanya tiga cabang tersier. Nah, dari ketiga cabang tersier inilah akan terjadi pembungaan dan pembuahan.

Tabulampot, Alternatif Berkebun di Lahan Sempit

 Liputan6.com, Cimanggis: Tren bercocok tanam dalam pot (tabulampot) di Tanah Air sudah berkembang sejak 1979. Bisnis tabulampot menjadi alternatif karena lahan untuk berkebun di kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi mengecil. Toko Trubus di Cimanggis terkenal sebagai gudangnya tabulampot. Menurut Gunadi, di atas lahan seluas dua hektare ditanami sekitar 179 jenis tumbuhan. Ada yang masih berupa bibit muda. Ada juga tanaman yang sudah berbuah lebat. 
 Bisnis ini kemudian dianggap sangat menguntungkan. Gunadi mengaku tokonya bisa menjual Rp 75 ribu sampai Rp 300 ribu setiap polybag--kantung plastik khusus tanaman. "Paling spesial harganya di atas lima juta rupiah," aku dia. Konsumen tabulampot ala Toko Trubus datang dari seluruh Jakarta. Bagi pembeli harga bukan masalah, sebab tanaman hasil budi daya di tempat itu terbilang berkualitas baik. Selain pengelolaan yang bagus, udara sejuk di kawasan Cimanggis juga membuat tanaman tumbuh lebih subur. Pohon yang paling laku dijual antara lain, jeruk, belimbing, srikaya, dan sawo manila.
 Dari hari ke hari, penggemar tabulampot terus bertambah. Gunadi berpendapat, jumlah peminat melonjak karena lahan untuk bertanam di kota semakin terbatas. "Perawatan tabulampot juga lebih mudah," tutur Gunadi. Selain itu, pohonnya gampang dipindahkan ke tempat lain sesuai selera. Buku-buku penunjang tabulampot saat ini juga banyak ditemukan di toko buku.
 Sekadar informasi membeli benih untuk tabulampot harus bibit permanen yang masih berada dalam polybag. Bibitnya juga mesti sehat, daunnya hijau segar, dan tumbuh normal alias bukan cabutan. Langkah selanjutnya, biarkan bibit beradaptasi terlebih dahulu. Sementara itu, kita menyiapkan pot sesuai besar kecilnya benih. Semua bentuk pot berbahan semen, plastik, keramik atau porselen bisa digunakan. Jika tanamannya masih kecil, gunakan pot berdiameter sekitar 20-40 sentimeter. Bagian dasar pot harus berlubang untuk membuang kelebihan air. Akan lebih baik lagi, jika potnya memiliki kaki agar tampak bersih dan memperlancar proses drainase.
 Kemudian ambil pecahan genting atau bata merah untuk ditaruh di dasar pot. Genting itu dilapisi dengan ijuk lalu disiram dengan air. Kita juga harus mempersiapkan media tanam. Media tanam ini tergantung selera dan kebutuhan. Ada yang komposisinya campuran antara tanah, sekam, dan humus bambu (1 : 1 : 1). Bisa juga campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (1 : 1 : 1) atau tanah dicampur pupuk kandang dan serbuk gergaji (2 : 1 : 1). Sedangkan, media tanam moderen bisa berupa campuran tanah dengan pupuk organik Super TW-Plus (6 : 1).
 Sesudah itu, ambil sebagian media tanam dari pot. Kemudian bibit dikeluarkan dari polybag beserta tanahnya. Hati-hati ketika memangkas pohon. Bibit yang memiliki cabang, ranting, daun, dan akar yang berlebihan sebaiknya dipangkas. Selanjutnya, bibit ditanam dalam posisi tegak lalu ditimbun dengan media tanam. Setelah itu, kita bisa memadatkan media tanam di sekitar pangkal bibit. Langkah terakhir, siram tanaman hingga cukup basah.